Penjelasan asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab kepada 'Abdurrahman as-Suwaidi dan Penjelasan Akidah Beliau serta Bantahan terhadap Tuduhan-Tuduhan Palsu

Penjelasan asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab kepada 'Abdurrahman as-Suwaidi dan Penjelasan Akidah Beliau serta Bantahan terhadap Tuduhan-Tuduhan Palsu

Beliau — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — juga memiliki surat yang beliau kirimkan kepada Ibnu as-Suwaidi, seorang ulama dari kalangan penduduk Irak, yang bertanya kepada beliau tentang apa yang dikatakan orang-orang tentang beliau, maka beliau menjawabnya:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad bin 'Abdul Wahhab kepada saudara seiman, 'Abdurrahman bin 'Abdullah.

Salamun 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Adapun kemudian;

Sungguh telah sampai kepadaku suratmu dan menggembirakan hati. Semoga Allah menjadikanmu termasuk para imam orang-orang yang bertakwa dan termasuk para dai kepada agama penghulu para rasul.

Aku memberitahukanmu bahwa — segala puji bagi Allah — aku adalah seorang pengikut, bukan pembuat bidah. Akidahku dan agamaku yang aku beribadah kepada Allah dengannya adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yang di atasnya para imam kaum muslimin, seperti para imam yang empat dan para pengikut mereka, hingga hari kiamat.

Akan tetapi aku menjelaskan kepada manusia tentang memurnikan agama hanya untuk Allah dan aku melarang mereka dari menyeru orang-orang yang hidup dan orang-orang yang telah meninggal, dari kalangan orang-orang saleh dan selain mereka, dan dari menyekutukan mereka dalam ibadah yang diperuntukkan bagi Allah, seperti penyembelihan (kurban), nazar, tawakal, sujud, dan selainnya dari apa yang merupakan hak Allah, yang tidak boleh disekutukan dengan-Nya oleh seorang pun, tidak dengan malaikat yang dekat maupun nabi yang diutus. 

Inilah yang didakwahkan oleh para rasul, dari yang pertama hingga yang terakhir; dan inilah yang di atasnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Aku menjelaskan kepada mereka bahwa orang yang pertama kali memasukkan syirik ke dalam umat ini adalah kaum Rafidhah, yang menyeru 'Ali dan selainnya, dan meminta kepada mereka untuk menunaikan hajat (kebutuhan) dan menghilangkan kesusahan.

Aku adalah seorang yang memiliki kedudukan di kampungku, perkataanku didengar, maka sebagian pemimpin mengingkari hal ini, karena menyelisihi kebiasaan yang mereka tumbuh di atasnya.

Demikian juga aku mewajibkan kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaanku, untuk menegakkan salat, menunaikan zakat, dan kewajiban-kewajiban Allah lainnya, dan aku melarang mereka dari riba, minum minuman keras, dan berbagai jenis kemungkaran, maka para pemimpin tidak mampu mencela dan mengkritik hal ini, karena itu dianggap baik oleh orang awam; maka mereka menjadikan celaan dan permusuhan mereka, terhadap apa yang aku perintahkan berupa tauhid dan apa yang aku larang berupa syirik; dan mereka memperdaya orang awam bahwa ini menyelisihi apa yang dianut oleh mayoritas manusia, dan mereka menisbatkan kepada kami berbagai jenis tuduhan palsu; sehingga fitnah pun menjadi besar, dan mereka mengerahkan pasukan setan, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki, untuk melawan kami. 

Mereka juga menyebarkan kebohongan, dengan sesuatu yang orang berakal pun malu untuk menceritakannya, apalagi mengada-adakannya. Di antaranya adalah apa yang engkau sebutkan bahwa aku mengafirkan seluruh manusia selain orang yang mengikutiku dan bahwa aku mengklaim bahwa pernikahan mereka tidak sah. Sungguh mengherankan bagaimana hal ini bisa masuk ke dalam akal orang yang berakal?! Dan apakah seorang muslim mengatakan ini? Aku berlepas diri kepada Allah dari perkataan ini, yang tidak mungkin keluar selain dari orang yang akalnya terganggu, hilang kesadarannya. Semoga Allah memerangi para pengikut tujuan-tujuan batil. Demikian pula dengan perkataan mereka bahwa aku mengatakan, "Seandainya aku mampu menghancurkan kubah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, niscaya aku akan menghancurkannya."

Adapun kitab Dalail al-Khairat dan apa yang dikatakan tentangku bahwa aku membakarnya, maka hal itu ada sebabnya, yaitu aku memberikan saran kepada orang yang menerima nasihatku dari kalangan saudaraku agar tidak ada di dalam hatinya sesuatu yang lebih agung daripada Kitab Allah dan janganlah ia menyangka bahwa membaca kitab itu lebih utama daripada membaca al-Qur'an. 

Adapun membakarnya dan melarang berselawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan redaksi apa pun, maka penisbatan hal ini kepadaku adalah kebohongan dan kedustaan.

Kesimpulannya, apa yang disebutkan tentangku berupa sebab-sebab (permusuhan), selain dakwah manusia kepada tauhid dan larangan dari syirik, maka semuanya adalah kedustaan.

Masalah ini jika samar bagi selain Anda, maka tidak samar bagi kehadirat Anda. Seandainya seorang lelaki dari negeri Anda, meskipun ia adalah makhluk yang paling dicintai oleh manusia, berdiri mewajibkan manusia untuk memurnikan agama dan melarang mereka dari menyeru penghuni kubur, dan ia memiliki musuh dan orang-orang yang dengki, yang lebih besar kedudukannya daripadanya, dan lebih banyak pengikutnya, lalu mereka menuduhnya dengan kebohongan-kebohongan seperti ini, dan memperdaya manusia bahwa ini adalah penghinaan terhadap orang-orang saleh, dan bahwa seruan kepada mereka adalah bentuk pengagungan dan penghormatan kepada mereka, niscaya Anda akan mengetahui bagaimana keadaannya.

Meskipun demikian, dan yang lebih dari itu, wajib beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasul, ‘alaihish shalatu was salam dan menolongnya, sebagaimana Allah telah mengambil perjanjian dari para nabi sebelum beliau dan umat-umat mereka, dalam firman-Nya Ta'ala,

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, 'Sungguh, apa pun kitab dan hikmah yang Aku berikan kepadamu, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.'" [QS. Ali Imran: 81]

Maka ketika Allah mewajibkan keimanan, tidak boleh meninggalkannya.

Aku berharap agar Allah memuliakanmu dengan menolong agama-Nya dan Nabi-Nya, dan itu sesuai dengan kemampuan, meskipun dengan hati dan doa.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,

"Jika aku memerintahkan kalian dengan suatu perintah, maka kerjakanlah semampu kalian." 

Jika engkau melihat perlu untuk menyampaikan perkataanku ini kepada orang yang engkau sangka akan menerimanya dari kalangan saudara-saudara kita, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.

Dan di antara hal yang paling mengherankan yang terjadi, dari sebagian pemimpin yang menyelisihi, adalah ketika aku menjelaskan kepada mereka makna firman Allah Ta'ala, dan apa yang disebutkan oleh para ahli tafsir dalam firman Allah Ta'ala,

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang paling dekat (kepada Allah)." [QS. al-Isra': 57]

Dan firman Allah Ta'ala,

وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
"Dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah.'" [QS. Yunus: 18]

Dan firman-Nya,

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
"Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." [QS. az-Zumar: 3]

Dan apa yang Allah sebutkan, berupa pengakuan orang-orang kafir dalam firman Allah Ta'ala,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
"Katakanlah (Muhammad), 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?'" [QS. Yunus: 31] (hingga akhir ayat).

Dan selain itu, mereka berkata,

"Al-Qur'an tidak boleh diamalkan oleh kami, maupun orang seperti kami, tidak pula dengan perkataan Rasul, tidak pula dengan perkataan orang-orang terdahulu, dan kami tidak menerima selain apa yang disebutkan oleh orang-orang belakangan."

Maka aku berkata,

"Aku membantah pengikut mazhab Hanafi dengan perkataan ulama Hanafi mutaakhirin. Demikian juga Maliki, Syafi'i, dan Hambali, setiap mazhab. Aku membantahnya dengan kitab-kitab ulama mutaakhirin dari mazhab mereka, yang mereka jadikan sandaran."

Maka ketika mereka menolak hal itu, aku menukil kepada mereka perkataan para ulama dari setiap mazhab, dan aku menyebutkan apa yang mereka katakan, setelah terjadi seruan (ibadah) di kuburan dan nazar untuknya, maka mereka mengetahui hal itu dan memastikannya, namun hal itu tidak berpengaruh pada diri mereka selain membuat mereka semakin menjauh.

Adapun vonis kafir, maka aku mengafirkan orang yang telah mengetahui agama Rasul, kemudian setelah ia mengetahuinya, ia mencelanya, melarang manusia darinya, dan memusuhi orang yang mengamalkannya, maka inilah orang yang aku kafirkan, dan mayoritas umat — segala puji bagi Allah — tidaklah demikian.

Adapun peperangan, maka kami tidak memerangi seorang pun selain untuk membela diri dan kehormatan. 

Kami berperang sebagai balasan,

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa." [QS. asy-Syura: 40]

Demikian pula terhadap orang yang terang-terangan mencela agama Rasul, setelah ia mengetahuinya.

Wassalam.

Penerjemah: Febby Angga

Posting Komentar