Surat asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab kepada Salah Seorang Ulama Madinah dan Penjelasan Sebab Terjadinya Perselisihan Antara Beliau dengan Masyarakat

Surat asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab kepada Salah Seorang Ulama Madinah dan Penjelasan Sebab Terjadinya Perselisihan Antara Beliau dengan Masyarakat

Beliau — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — juga memiliki jawaban untuk seorang ulama dari kalangan penduduk Madinah:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan; Tuhan seluruh makhluk yang terdahulu dan yang terakhir, Yang Maha Mengurus langit dan bumi, Dialah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi, dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, kemudian sampai kepada kedudukan ... semoga kedudukan itu senantiasa terjaga dalam pengawasan al-Malik al-Wahhab (Allah Yang Maha Merajai lagi Maha Pemberi).

Adapun kemudian;

Surat telah sampai — semoga Allah menyampaikan Anda kepada keridaan-Nya - dan hati menjadi gembira karena memberitakan kebaikan Anda. Jika Anda bertanya tentang kami, maka segala puji bagi Allah, yang dengan pujian-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Jika Anda bertanya tentang sebab perselisihan yang terjadi antara kami dengan masyarakat, maka kami tidak berselisih dalam sedikit pun syariat Islam, baik itu salat, zakat, puasa, haji, maupun yang lainnya, dan tidak pula dalam sedikit pun perkara yang haram. Sesuatu yang menurut kami baik, menurut masyarakat juga baik; dan sesuatu yang menurut mereka buruk, menurut kami juga buruk. Hanya saja kami mengamalkan yang baik dan kami mengambil secara paksa apa yang berada di bawah kekuasaan kami; dan kami melarang dari yang buruk, serta menghukum manusia karenanya.

Apa yang memalingkan masyarakat dari kami adalah apa yang memalingkan mereka dari penghulu anak Adam shallallahu 'alaihi wa sallam dan memalingkan mereka dari para rasul sebelum beliau,

كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ
"Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya." [QS. al-Mu'minun: 44]

Seperti apa yang dikatakan oleh Waraqah kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

"Demi Allah, tidaklah seorang pun datang dengan membawa sesuatu seperti apa yang engkau bawa, melainkan ia akan dimusuhi." 

Pokok dan asas perkara kami adalah memurnikan agama hanya untuk Allah. Kami mengatakan bahwa tidak ada yang diseru selain Allah, tidak ada yang dinazarkan selain untuk Allah, tidak ada penyembelihan kurban selain untuk Allah, dan tidak ada rasa takut yang merupakan takut secara ibadah selain kepada Allah; maka barang siapa menjadikan sesuatu dari hal ini untuk selain Allah, maka kami katakan bahwa ini adalah kesyirikan kepada Allah, yang Allah firmankan tentangnya,

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik." [QS. an-Nisa': 48, dan 116]

Orang-orang kafir yang diperangi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau halalkan darah mereka, mereka ini mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, tidak ada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Memberi manfaat dan mudharat, Yang Maha Mengatur segala urusan, dan bacalah firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan?'" [QS. Yunus: 31]

قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ
"Katakanlah, 'Siapakah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, padahal Dia melindungi dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab, '(Kekuasaan itu) milik Allah.' Katakanlah, 'Lalu bagaimana kamu dapat disihir (sampai kamu menyembah selain Allah)?'" [QS. al-Mu'minun: 88-89]

Allah juga mengabarkan tentang orang-orang kafir bahwa mereka memurnikan agama untuk Allah pada saat-saat sulit, dan ingatlah firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
"Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya." [QS. al-'Ankabut: 65]

Dan ayat yang lain,

وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
"Dan apabila gelombang laut menutupi mereka bagai awan gelap, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya." [QS. Luqman: 32]

Allah menjelaskan tujuan orang-orang kafir dan tuntutan mereka bahwa mereka meminta syafaat. Bacalah awal surat az-Zumar, engkau akan melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan antara agama Islam dan agama orang-orang kafir serta tuntutan mereka. Ayat-ayat dalam hal ini dari al-Qur'an sangat banyak dan tidak terhitung.

Adapun hadis-hadis sahih dari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika sebagian sahabat berkata, 

"Atas kehendak Allah, dan kehendakmu," maka beliau bersabda: "Apakah engkau menjadikanku sekutu bagi Allah? Katakanlah, 'Atas kehendak Allah semata.'" 

Dalam hadis kedua, sebagian sahabat berkata, 

"Mari kita meminta pertolongan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari orang munafik ini." 

Beliau bersabda, 

"Sesungguhnya tidak boleh meminta pertolongan kepadaku, tetapi hanya kepada Allah semata." 

Dalam hadis ketiga, 

"Bahwa Ummu Salamah — semoga Allah meridainya — menyebutkan kepada beliau sebuah gereja yang ia lihat di negeri Habasyah, dan gambar-gambar yang ada di dalamnya, beliau bersabda, 'Mereka itu, apabila meninggal di antara mereka seorang yang saleh — atau hamba yang saleh —, mereka membangun masjid di atas kuburannya, dan mereka membuat gambar-gambar itu di dalamnya, mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiamat.'"

Hadis keempat,

"Ketika beliau mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, 'Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari kalangan Ahlul Kitab, maka hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada ilah selain Allah. Jika mereka menerima hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka lima salat dalam setiap hari dan malam; jika mereka menerima hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka sedekah, yang diambil dari orang-orang kaya mereka lalu dikembalikan kepada orang-orang miskin mereka.'"

Hadis kelima, dari Mu'adz, ia berkata,

"Aku pernah dibonceng Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas seekor keledai, lalu beliau bersabda kepadaku, 'Wahai Mu'adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya dan apa hak hamba-hamba atas Allah?' Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan hak hamba-hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun...'" hingga akhir hadis.

Hadis-hadis dalam hal ini sangat banyak dan tidak terhitung.

Adapun peringatan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa agama beliau akan berubah setelah beliau, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunah para khulafa' ar-rasyidin al-mahdiyyin (khalifah yang lurus lagi diberi petunjuk) setelahku, gigitlah ia dengan gigi geraham; dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah, dan setiap bidah adalah kesesatan." 

Dalam hadits, dari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam,

"Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak." 

Dalam hadis, beliau bersabda,

"Umat-umat sebelum kalian telah berpecah belah. Orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan. Orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sedang umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya di neraka selain satu golongan." 

Mereka bertanya,

"Siapakah golongan yang satu itu wahai Rasulullah?" 

Beliau menjawab,

"Orang yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya." 

Dalam hadis, beliau bersabda,

"Sungguh kalian akan mengikuti sunah (jalan) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalian akan memasukinya pula." 

Mereka bertanya,

"Apakah Yahudi dan Nasrani?" 

Beliau menjawab,

"Lalu siapa lagi?"

Hendaknya engkau mengetahui bahwa asas perkara, pokoknya, dan dakwah para rasul dari yang pertama hingga yang terakhir, adalah perintah untuk beribadah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan larangan dari beribadah kepada selain-Nya. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku." [QS. al-Anbiya': 25]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah.'" [QS. an-Nahl: 36]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
"Wahai orang yang berkemul (berselimut)!" [QS. al-Muddatstsir: 1] (hingga dua ayat).

Hendaknya engkau mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki perbuatan-perbuatan dan para hamba memiliki perbuatan-perbuatan, maka perbuatan-perbuatan Allah adalah menciptakan, memberi rezeki, memberi manfaat, memberi mudarat, dan mengatur; dan ini adalah perkara yang tidak diperselisihkan, baik oleh orang kafir maupun muslim. Adapun perbuatan hamba adalah ibadah, yaitu keadaannya yang tidak menyeru selain kepada Allah, tidak bernazar selain untuk Allah, tidak menyembelih (kurban) selain untuk-Nya, tidak takut rasa dengan takut rahasia (dalam bentuk ibadah) selain kepada-Nya, dan tidak bertawakal selain kepada-Nya. Jadi, seorang muslim adalah orang yang mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya Subhanahu wa Ta'ala dan perbuatan-perbuatan dirinya sendiri; sedang orang musyrik adalah orang yang mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya Subhanahu wa Ta'ala dan menyekutukan-Nya dalam perbuatan-perbuatan dirinya sendiri.

Dalam hadis, ketika Allah menurunkan kepada beliau ayat,

قُمْ فَأَنْذِرْ
"Bangunlah, lalu berilah peringatan!" [QS. al-Muddatstsir: 2]

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke bukit Shafa lalu berseru, 

"Wa shabahah! (wahai pagi!)."

Maka ketika kaum Quraisy berkumpul kepada beliau, beliau menyampaikan kepada mereka apa yang beliau sampaikan; lalu pamannya berkata,

"Celakalah engkau, tidaklah engkau mengumpulkan kami selain untuk ini." 

Allah kemudian menurunkan tentangnya,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!" [QS. al-Masad: 1]

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

"Wahai 'Abbas, paman Rasulullah, dan wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, belilah diri kalian (dengan amal saleh). Aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari (azab) Allah. Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku apa pun yang engkau kehendaki, aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari (azab) Allah." 

Di mana letak ayat dan sabda ini dari perkataan penulis al-Burdah,

يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به * سواك عند حلول الحادث العمم
Wahai makhluk termulia, tidak ada bagiku tempat berlindung * selain engkau ketika datang musibah yang merata.

Dan perkataannya,

ولن يضيق رسول الله جاهك بي ... إذا الكريم تجلى باسم منتقم
"Dan tidak akan sempit kedudukanmu wahai Rasulullah bagiku ... ketika Yang Maha Mulia menampakkan diri dengan nama al-Muntaqim (Maha Pembalas).

Penulis kitab as-Sirah menyebutkan bahwa beliau shalawatullahi wa salamuhu 'alaih berdiri melakukan qunut untuk mendoakan keburukan atas kaum Quraisy, dan menyebutkan nama-nama sebagian mereka secara khusus, dalam peristiwa terbunuhnya Hamzah dan para sahabatnya, maka Allah menurunkan kepadanya,

لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ
"Engkau tidak memiliki wewenang sedikit pun (dalam urusan mereka itu)." [QS. Ali Imran: 128]

Akan tetapi seperti apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

"Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya."

Jika ada di antara mereka yang berkata, "Sesungguhnya mereka memvonis kafir dengan keumuman," maka kami katakan: "Maha Suci Engkau, ini adalah kedustaan yang besar, orang yang kami kafirkan adalah orang yang bersaksi bahwa tauhid adalah agama Allah dan agama Rasul-Nya, dan bahwa seruan kepada selain Allah adalah batil, kemudian setelah itu ia mengafirkan orang-orang yang bertauhid dan menamai mereka sebagai Khawarij, dan berpihak kepada para pemilik kubah (yang dibangun di atas kuburan) untuk memerangi orang-orang yang bertauhid; akan tetapi kami memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, Rabb 'Arsy yang agung, agar memperlihatkan kepada kami kebenaran sebagai kebenaran, dan menganugerahkan kepada kami kemampuan untuk mengikutinya, dan memperlihatkan kepada kami kebatilan sebagai kebatilan, dan menganugerahkan kepada kami kemampuan untuk menjauhinya, dan tidak menjadikannya samar bagi kami sehingga kami sesat."

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku.'" [QS. Ali Imran: 31]

Hendaknya engkau mengetahui bahwa tingkatan yang paling agung dan paling mulia di sisi Allah adalah dakwah kepada-Nya, yang Allah firmankan,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah." [QS. Fushshilat: 33]

Dalam hadis, 

"Demi Allah, sungguh jika Allah memberikan hidayah melalui perantaraanmu kepada seorang saja, itu lebih baik bagimu daripada unta merah."

Kemudian setelah ini mereka menyebutkan kepada kami bahwa musuh-musuh Islam, yang menjauhkan manusia darinya, mengklaim bahwa kami mengingkari syafaat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kami katakan, "Maha Suci Engkau, ini adalah kedustaan yang besar." 

Sebaliknya, kami bersaksi bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pemberi syafaat yang diterima syafaatnya, pemilik maqam mahmud (kedudukan terpuji). Kami memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, Rabb 'Arsy yang agung, agar beliau memberikan syafaatnya kepada kami, dan agar Dia mengumpulkan kami di bawah bendera beliau.

Inilah keyakinan kami dan inilah yang ditempuh oleh Salafush Shalih dari kalangan Muhajirin, Anshar, tabiin, para pengikut tabiin, dan para imam yang empat — semoga Allah meridai mereka semua —. Mereka adalah manusia yang paling mencintai nabi mereka dan paling besar dalam mengikuti beliau dan syariat beliau.

Maka, andai mereka datang ke kuburan beliau untuk meminta syafaat sehingga perkumpulan mereka adalah hujah dan orang mengatakan bahwa beliau diminta syafaat setelah kematiannya, maka hendaklah ia mengemukakan dalil kepada kami dari Kitab Allah, atau dari sunah Rasulullah, atau dari ijmak umat, sedang kebenaran lebih berhak untuk diikuti.

Penerjemah: Febby Angga

Posting Komentar