Beriman kepada Enam Prinsip Dasar
Beliau berkata dalam sebagian catatan beliau:
Ketahuilah — semoga Allah merahmatimu — bahwa iman yang syar'i adalah iman kepada enam prinsip dasar.
Di antara iman kepada Allah adalah iman kepada kitab-kitab yang Allah turunkan dan iman kepada para rasul yang Allah utus.
Dan di antara iman kepada mereka adalah mengetahui maksud Allah dalam pengutusan mereka, sebagaimana firman Allah Ta'ala,
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ الآية
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan." [QS. al-Baqarah: 213]
Adapun hikmah yang lain, maka beliau juga menyebutkannya di beberapa tempat, di antaranya adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ
"Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya." [QS. an-Nisa': 163]
Sampai firman-Nya,
لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
"Agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk membantah) Allah setelah datangnya para rasul." [QS. an-Nisa': 165]
Maka firman-Nya,
مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
"Sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan." [QS. al-Baqarah: 213]
Dan firman-Nya,
لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
"Agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk membantah) Allah setelah datangnya para rasul." [QS. an-Nisa': 165]
Keduanya adalah hikmah Allah dalam menciptakan makhluk dan kepadanya kembali setiap hakikat. Wajib bagi siapa pun yang menasihati dirinya untuk menjadikan pengetahuan ini sebagai pedoman di hadapannya.
Di antara rincian kalimat ini adalah bahwa manusia berselisih dalam masalah tauhid, maka datanglah kitab-kitab dan para rasul, lalu mereka memisahkan perselisihan itu dengan firman Allah Ta'ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (dengan seruan), 'Sembahlah Allah dan jauhilah tagut.'" [QS. an-Nahl: 36]
Dan firman Allah Ta'ala,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah siapa pun di dalamnya selain Allah." [QS. al-Jinn: 18]
Maka ayat ini mencakup pokok perintah dan pokok larangan, yang merupakan makna dari kesaksiam 'la ilaha illallah' (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Kedua, bahwa orang-orang yang mengakui tauhid dan berlepas diri dari syirik, mereka berselisih, apakah hal ini mewajibkan permusuhan dan pemutusan hubungan? Atau apakah ia seperti pencurian dan perzinaan?
Maka kitab Allah memberikan hukum di antara mereka dengan firman-Nya,
لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ الآية
"Engkau (Muhammad) tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak, anak, saudara, atau keluarga mereka." [QS. al-Mujadilah: 22]
Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya keluarga Bani Fulan bukanlah waliku. Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang-orang yang beriman."
Ketiga, bahwa orang-orang yang mengakui bahwa syirik adalah dosa besar yang paling besar, mereka berselisih, apakah diperangi orang yang melakukannya jika dia mengucapkan kalimat 'la ilaha illallah'?
Maka kitab Allah memberikan hukum dengan firman-Nya,
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ
"Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama itu seluruhnya menjadi milik Allah." [QS. al-Anfal: 39]
Dan firman-Nya,
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ الآية
"Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka." [QS. at-Taubah: 5]
Keempat, mereka berselisih tentang jama'ah (persatuan) dan perpecahan, maka para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka berpendapat tentang wajibnya jama'ah dan haramnya perpecahan, selama tauhid dan Islam masih ada, karena tidak ada Islam selain dengan jama'ah.
Adapun kaum Khawarij dan Mu'tazilah berpendapat tentang perpecahan dan mengingkari jama'ah.
Maka kitab Allah memberikan hukum dengan firman-Nya,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا
"Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai." [QS. Ali 'Imran: 103]
Kelima, mereka berselisih tentang bidah, apakah diperbolehkan yang termasuk jenis ibadah? Atau setiap bidah itu sesat?
Maka kitab Allah memberikan hukum di antara mereka dengan firman Allah Ta'ala,
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah; dan jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga kamu tercerai-berai dari jalan-Nya." [QS. al-An'am: 153]
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Berpegangteguhlah pada sunahku dan snnah para Khulafa ar-Rasyidin al-Mahdiyyin (khalifah yang lurus dan diberi petunjuk) setelahku, gigitlah ia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap perkara yang baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat."
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa apa yang terjadi setelah beliau bukan termasuk agama dan bahwa itu adalah kesesatan.
Keenam, bahwa mereka berselisih tentang kitab Allah (al-Qur'an), apakah wajib mempelajarinya dan mengikutinya bagi orang lain karena kemampuannya ataukah tidak wajib dan tidak boleh mengamalkannya bagi mereka?
Maka kitab Allah memberikan hukum di antara mereka dengan ayat-ayat yang tidak terhitung jumlahnya.
Di antaranya adalah firman-Nya,
وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْراً مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْراً
"Dan sungguh, telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (al-Qur'an). Barang siapa berpaling darinya, maka sesungguhnya pada hari Kiamat dia akan memikul dosa yang besar." [QS. Thaha: 99]
Dan firman-Nya,
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَاناً فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
"Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pengasih (al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya." [QS. az-Zukhruf: 36]
Dan firman-Nya,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit." hingga akhir ayat. [QS. Thaha: 124]
Ketujuh, mereka berselisih tentang seorang alim yang tinggi kedudukannya dalam ilmu dan ibadah, jika dia mengamalkan sesuatu yang menyelisihi nas (dalil), apakah diperbolehkan atau tidak?
Maka dikatakan,
"Ya, barang siapa mengikuti seorang alim, dia akan bertemu Allah dalam keadaan selamat."
Maka kitab Allah memberikan hukum dengan firman-Nya,
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran." [QS. al-A'raf: 3]
Dan firman-Nya,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Mereka menjadikan para ahbar (pendeta Yahudi) dan ruhban (pendeta Nasrani) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah." hingga akhir ayat. [QS. at-Taubah: 31]
Dan firman-Nya,
يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ الْحَقَّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
"Orang-orang yang telah Kami beri kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Sungguh, sebagian dari mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya). Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka jangan sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu."
Dan firman-Nya,
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ
"Maka ketika telah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka mengingkarinya." [QS. Al-Baqarah: 89]
Dan firman-Nya,
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْماً وَعُلُوّاً
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (diri mereka), padahal hati mereka meyakininya." hingga akhir ayat. [QS. An-Naml: 14]
Dan firman-Nya,
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
"Dan jika engkau menuruti kebanyakan orang di bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah." hingga akhir ayat. [QS. Al-An'am: 116]
Maka jika engkau telah mengetahui ayat-ayat yang muhkamat (jelas dan tegas) ini, sebagaimana yang ditafsirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada 'Adi bin Hatim, bahwa ketaatan kepada para ahbar dan ruhban selain Allah adalah ibadah kepada mereka, dan engkau mengetahui keadaan kebanyakan manusia dan apa yang mereka perintahkan dan serukan kepadanya, serta engkau merenungkan firman Allah, niscaya akan jelas bagimu petunjuk dari kesesatan.
Penerjemah: Febby Angga
Posting Komentar