Jawaban asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab kepada Ibnu Shiyyah dan Bantahan terhadap Tuduhan-Tuduhan Palsu terhadap Beliau

Jawaban asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab kepada Ibnu Shiyyah dan Bantahan terhadap Tuduhan-Tuduhan Palsu terhadap Beliau

Beliau — semoga Allah mensucikan ruhnya dan menerangi kuburnya — juga berkata:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Yang mengetahui dari kalangan ikhwan (saudara-saudara) yang mengikuti Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Ibnu Shiyyah bertanya kepadaku tentang apa yang dinisbatkan kepadaku? 

Ia pun meminta kepadaku untuk menulis jawabannya, maka aku pun menulisnya:

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.

Adapun kemudian; 

Apa yang disebutkan oleh orang-orang musyrik bahwa aku melarang berselawat kepada Nabi, atau bahwa aku mengatakan, "Seandainya aku memiliki kekuasaan, niscaya aku akan menghancurkan kubah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam," atau bahwa aku mencela orang-orang saleh, atau melarang mencintai mereka, maka semua ini adalah kebohongan dan kedustaan, yang diada-adakan oleh setan-setan, yang ingin memakan harta manusia dengan cara yang batil, seperti anak-anak Syamsan dan anak-anak Idris, yang memerintahkan manusia untuk bernazar kepada mereka, meminta pertolongan kepada mereka, dan meratap kepada mereka. Demikian pula para fakir setan yang menisbatkan diri kepada asy-Syaikh 'Abdul Qadir — semoga Allah merahmatinya —, padahal beliau berlepas diri dari mereka, sebagaimana berlepas dirinya 'Ali bin Abi Thalib dari kaum Rafidhah (Syi'ah ekstrem).

Maka ketika mereka melihatku memerintahkan manusia dengan apa yang diperintahkan oleh Nabi mereka shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu agar mereka tidak beribadah selain kepada Allah, dan bahwa barang siapa menyeru Abdul Qadir, maka ia kafir; dan Abdul Qadir berlepas diri darinya; demikian pula barang siapa meminta pertolongan kepada orang-orang saleh, atau para nabi, atau meratap kepada mereka, atau sujud kepada mereka, atau bernazar untuk mereka, atau menuju kepada mereka dengan salah satu jenis ibadah yang merupakan hak Allah atas para hamba, maka setiap manusia yang mengetahui perintah Allah dan Rasul-Nya tidak akan mengingkari perkara ini, bahkan ia akan mengakuinya dan mengetahuinya.

Adapun orang yang mengingkarinya, maka ia berada di antara dua perkara. Jika ia berkata bahwa menyeru orang-orang saleh dan meminta pertolongan kepada mereka, bernazar untuk mereka, dan menjadikan seseorang bergantung kepada mereka, adalah perkara yang baik, meskipun Allah dan Rasul-Nya menyebutkan bahwa itu adalah kekafiran, maka ia bersikeras mendustakan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak ada keraguan dalam kekafirannya, sehingga kami tidak memiliki pembicaraan dengannya.

Akan tetapi pembicaraan kami adalah dengan seorang lelaki, yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi ia jahil, setan-setan telah memperdaya agamanya, dan ia menyangka bahwa keyakinan terhadap orang-orang saleh adalah benar. Seandainya ia mengetahui bahwa itu adalah kekafiran yang memasukkan pelakunya ke dalam neraka, niscaya ia tidak akan melakukannya. Kami menjelaskan kepada orang ini apa yang memperjelas baginya perkara ini, maka kami katakan bahwa yang wajib atas seorang muslim adalah mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, bertanya tentangnya, dan Allah Subhanahu telah menurunkan al-Qur'an dan menyebutkan di dalamnya apa yang Dia cintai dan benci serta menjelaskan kepada kita di dalamnya agama kita dan menyempurnakannya. Demikian pula Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah nabi yang paling utama, maka tidak ada di muka bumi ini seorang pun yang lebih dicintai oleh para sahabatnya daripada beliau. Mereka mencintai beliau melebihi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Mereka mengetahui kedudukan beliau dan mereka juga mengetahui syirik dan iman.

Jika ada seorang pun dari kaum muslimin di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyeru beliau, atau bernazar untuk beliau, atau meratap kepada beliau, atau salah seorang dari sahabat beliau datang ke kubur beliau setelah wafatnya lalu meminta kepada beliau, atau meratap kepada beliau, atau masuk kepadanya untuk berlindung kepadanya di sisi kubur, maka ketahuilah bahwa ini adalah perkara yang benar dan baik, dan janganlah engkau menaatiku, maupun selainku.

Namun ketika engkau bertanya, maka engkau mendapati bahwa beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas diri dari orang yang meyakini (sesuatu yang tidak layak bagi selain Allah) pada para nabi dan orang-orang saleh. Beliau memerangi mereka, menawan mereka dan anak-anak mereka, mengambil harta mereka, dan menghukumi kekafiran mereka, sehingga ketahuilah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengatakan apa pun selain kebenaran dan tidak memerintahkan apa pun selain kebenaran; dan yang wajib atas setiap mukmin mengikuti beliau dalam apa yang beliau bawa.

Singkatnya, apa yang aku ingkari adalah keyakinan terhadap selain Allah, dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain-Nya, maka jika engkau mendapati aku mengatakannya dari diriku sendiri, maka buanglah perkataan itu, atau dari kitab yang engkau temui, yang tidak ada amalan di atasnya, maka buanglah pula, atau aku menukilkannya dari para pengikut mazhabku, maka buanglah. 

Sedang jika aku mengatakannya, berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan berdasarkan apa yang disepakati oleh para ulama dalam setiap mazhab, maka tidak selayaknya bagi seorang lelaki yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berpaling darinya, hanya karena mengikuti manusia di zamannya, atau karena mengikuti penduduk negerinya, meskipun mayoritas manusia di zamannya berpaling darinya.

Ketahuilah bahwa dalil-dalil atas hal ini, dari firman Allah dan perkataan Rasul-Nya, sangat banyak, akan tetapi aku akan memberikan kepadamu satu dalil sebagai contoh, yang akan mengingatkanmu kepada dalil-dalil lainnya.

Allah Ta'ala berfirman,

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلا تَحْوِيلاً أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
"Katakanlah (Muhammad), 'Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Dia. Mereka tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun untuk menghilangkan bahaya darimu maupun untuk memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang paling dekat (kepada Allah).'" [QS. al-Isra': 56-57]

Para ahli tafsir menyebutkan dalam tafsirnya bahwa sekelompok orang meyakini (ketuhanan) pada 'Isa 'alaihissalam dan 'Uzair, maka Allah Ta'ala berfirman, 

"Mereka adalah hamba-hamba-Ku sebagaimana kalian adalah hamba-hamba-Ku, dan mereka mengharapkan rahmat-Ku sebagaimana kalian mengharapkan rahmat-Ku; dan mereka takut akan azab-Ku sebagaimana kalian takut akan azab-Ku."

Wahai hamba-hamba Allah, renungkanlah firman Rabb kalian Tabaraka wa Ta'ala. 

Dia menyebutkan tentang orang-orang kafir, yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa agama mereka yang menyebabkan mereka kafir adalah keyakinan terhadap orang-orang saleh (keyakinan dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain Allah). Kalau tidak, maka orang-orang kafir takut kepada Allah, mengharapkan-Nya, berhaji, dan bersedekah, akan tetapi mereka kafir karena keyakinan terhadap orang-orang saleh (keyakinan dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain Allah). Mereka berkata: "Sesungguhnya kami meyakini mereka agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dan memberikan syafaat bagi kami," sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), 'Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.'" [QS. az-Zumar: 3]

Dan firman Allah Ta'ala,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
"Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana bagi mereka dan tidak (pula) mendatangkan manfaat, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kami di sisi Allah.'" [QS. Yunus: 18]

Wahai hamba-hamba Allah, jika Allah menyebutkan dalam Kitab-Nya, bahwa agama orang-orang kafir adalah keyakinan terhadap orang-orang saleh (keyakinan dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain Allah), dan Dia menyebutkan bahwa mereka meyakini mereka, menyeru mereka, dan meratap kepada mereka, agar mereka mendekatkan mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, apakah setelah penjelasan ini ada lagi penjelasan lain? 

Maka jika orang yang membuat keyakinan (keyakinan dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain Allah) pada 'Isa bin Maryam, padahal ia seorang nabi di antara para nabi, dan ia meratap dan meminta pertolongan kepadanya, maka ia telah kafir, lalu bagaimana dengan orang yang meyakini setan-setan (dengan keyakinan dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain Allah), seperti anjing Abu Hadidah dan Utsman yang berada di lembah dan anjing-anjing lain di al-Kharaj, dan selain mereka di berbagai negeri, yang memakan harta manusia dengan cara yang batil dan menghalangi manusia dari jalan Allah?!

Engkau — wahai orang yang Allah beri hidayah —, janganlah engkau menyangka bahwa mereka ini mencintai orang-orang saleh, bahkan mereka adalah musuh-musuh orang-orang saleh. Engkaulah, demi Allah, yang mencintai orang-orang saleh; karena barang siapa mencintai suatu kaum, maka ia akan menaati mereka, sedang barang siapa mencintai orang-orang saleh, dan menaati mereka, maka ia tidak akan meyakini (sesuatu yang tidak layak bagi selain Allah) kepada selain Allah. Adapun orang yang mendurhakai mereka dan menyeru mereka sambil mengklaim bahwa ia mencintai mereka, maka ia seperti orang-orang Nasrani yang menyeru 'Isa (Yesus) dan mengklaim mencintainya, padahal beliau berlepas diri dari mereka, dan seperti kaum Rafidhah yang menyeru 'Ali bin Abi Thalib, padahal beliau berlepas diri dari mereka.

Kami mengakhiri surat ini dengan satu kalimat, yaitu aku berkata:

Wahai hamba-hamba Allah, janganlah kalian menaatiku dan janganlah kalian merenungkan (perkataanku semata); dan bertanyalah kepada para ahli ilmu dari setiap mazhab, tentang apa yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya; dan aku menasihati kalian, janganlah kalian menyangka bahwa keyakinan (dalam perkara yang tidak boleh diperuntukkan bagi selain Allah) terhadap orang-orang saleh layaknya zina dan pencurian, bahkan ia adalah penyembahan berhala, yang barang siapa melakukannya maka ia kafir, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas diri darinya. 

Wahai hamba-hamba Allah, renungkanlah, dan ingatlah.

Wassalam.

Penerjemah: Febby Angga

Posting Komentar