Penjelasan Akidah asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab dan Apa yang Beliau Perintahkan

Penjelasan Akidah asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhab dan Apa yang Beliau Perintahkan

Beliau — semoga Allah mensucikan ruhnya dan menerangi kuburnya — juga berkata:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad bin 'Abdul Wahhab, kepada siapa pun surat ini sampai dari kalangan kaum muslimin.

Salamun 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Adapun kemudian;

Aku memberitahukan kepada kalian bahwa — segala puji bagi Allah — akidahku dan agamaku yang aku beribadah kepada Allah dengannya adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yang di atasnya para imam kaum muslimin, seperti para imam yang empat, dan para pengikut mereka, hingga hari kiamat; akan tetapi aku menjelaskan kepada manusia tentang memurnikan agama hanya untuk Allah, dan aku melarang mereka dari menyeru para nabi dan orang-orang yang telah meninggal, dari kalangan orang-orang saleh, dan selain mereka, dan dari menyekutukan mereka dalam ibadah yang diperuntukkan bagi Allah, seperti penyembelihan (kurban), nazar, tawakal, sujud, dan selainnya dari apa yang merupakan hak Allah, yang tidak boleh disekutukan dengan-Nya oleh malaikat yang dekat maupun nabi yang diutus. Inilah yang didakwahkan oleh para rasul, dari yang pertama hingga yang terakhir, dan inilah yang di atasnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Aku adalah seorang yang memiliki kedudukan di kampungku, perkataanku didengar, maka sebagian pemimpin mengingkari hal ini, karena menyelisihi kebiasaan yang mereka tumbuh di atasnya.

Demikian juga aku mewajibkan kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaanku, untuk menegakkan salat, menunaikan zakat, dan kewajiban-kewajiban Allah lainnya; dan aku melarang mereka dari riba, minum minuman keras, dan berbagai jenis kemungkaran, maka para pemimpin tidak mampu mencela dan mengkritik hal ini, karena ini dianggap baik oleh orang awam, maka mereka menjadikan celaan dan permusuhan mereka terhadap apa yang aku perintahkan berupa tauhid dan apa yang aku larang berupa syirik, dan mereka memperdaya orang awam bahwa ini menyelisihi apa yang dianut oleh masyarakat, fitnah pun menjadi sangat besar, dan mereka mengerahkan pasukan setan, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki, untuk melawan kami.

Kami katakan bahwa tauhid itu ada dua jenis. Pertama, tauhid Rububiyyah, yaitu bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Esa dalam menciptakan dan mengatur, tanpa bantuan malaikat, para nabi, maupun selain mereka; dan ini adalah kebenaran yang pasti, akan tetapi ini tidak dapat memasukkan seseorang ke dalam Islam. Bahkan, orang-orang kafir pun mengakui hal ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab, 'Allah.' Maka katakanlah, 'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?'" [QS. Yunus: 31]

Sedang yang memasukkan seseorang ke dalam Islam adalah tauhid Uluhiyyah, yaitu tidak beribadah selain kepada Allah, tidak kepada malaikat yang dekat (dengan Allah), tidak pula kepada nabi yang diutus, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, sedangkan kaum jahiliah menyembah berbagai sesembahan selain Allah. Di antara mereka ada yang menyembah berhala, ada yang menyeru 'Isa (Yesus), dan ada yang menyeru para malaikat; maka beliau melarang mereka dari hal ini dan memberitahukan kepada mereka bahwa Allah mengutus beliau untuk mengesakan-Nya, dan tidak ada seorang pun yang diseru, baik itu malaikat maupun para nabi. 

Barang siapa mengikutinya dan mengesakan Allah, maka dialah yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah. Sedang barang siapa mendurhakainya, menyeru kepada 'Isa (Yesus) dan para malaikat, meminta pertolongan kepada mereka, dan berlindung kepada mereka, maka dialah yang mengingkari kalimat, "Laa ilaha illallah," meskipun ia mengakui bahwa tidak ada yang menciptakan dan memberi rezeki selain Allah. Ini adalah kalimat yang penjelasannya panjang, akan tetapi kesimpulannya adalah bahwa hal ini disepakati di antara para ulama.

Ketika terjadi pada umat ini, apa yang dikabarkan oleh Nabi mereka shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau bersabda, "Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (jalan) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalian akan memasukinya pula," dan orang-orang sebelum mereka, sebagaimana yang Allah sebutkan tentang mereka,

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Mereka menjadikan para rabi dan rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah." [QS. at-Taubah: 31]

Sebagian orang yang sesat mulai menyeru sebagian orang-orang saleh dalam keadaan sulit maupun lapang, seperti kepada 'Abdul Qadir al-Jailani, Ahmad al-Badawi, 'Adi bin Musafir, dan orang-orang yang semisalnya dari kalangan ahli ibadah dan kesalehan, maka para ahli ilmu dari seluruh golongan mengingkari mereka. Maksudku, mengingkari orang yang menyeru. Adapun orang-orang saleh yang membenci hal itu, maka mereka bersih dari hal tersebut.

Para ahli ilmu menjelaskan bahwa ini adalah syirik besar, yaitu penyembahan berhala, arena Allah Subhanahu wa Ta'ala hanyalah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab agar hanya Dia disembah, dan tidak diseru bersama-Nya sesembahan yang lain; dan orang-orang yang menyeru sesembahan-sesembahan yang lain bersama Allah, seperti matahari, bulan, orang-orang saleh, dan patung-patung yang digambar menyerupai mereka, maka mereka tidak meyakini bahwa sesembahan itu menurunkan hujan atau menumbuhkan tanaman, akan tetapi mereka menyembah para malaikat dan orang-orang saleh dan mereka berkata, "Mereka ini adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah." Maka, Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab yang melarang untuk menyeru seorang pun selain-Nya, baik seruan ibadah, maupun seruan istigasah. 

Ketahuilah bahwa orang-orang musyrik di zaman kita ini lebih parah daripada orang-orang kafir di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena mereka menyeru para malaikat, para wali, dan orang-orang saleh. Mereka menginginkan syafaat mereka dan mendekatkan diri kepada mereka. Bagaimana tidak, mereka mengakui bahwa segala urusan adalah milik Allah dan mereka tidak menyeru sesembahan itu selain dalam keadaan lapang; sedang jika datang kesusahan, mereka memurnikan (doa) hanya untuk Allah.

Allah Ta'ala berfirman,

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ
"Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia (Allah). Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya)." [QS. al-Isra': 67]

Ketahuilah bahwa tauhid adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam beribadah dan inilah agama para rasul yang Allah utus mereka dengannya kepada hamba-hamba-Nya. 

Yang pertama di antara mereka adalah Nuh 'alaihissalam. Allah mengutusnya kepada kaumnya ketika mereka berlebih-lebihan dalam (mengagungkan) orang-orang saleh, yaitu Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr. Sedang rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliaulah yang menghancurkan patung-patung orang-orang saleh ini. Allah mengutus beliau kepada kaum yang beribadah, berhaji, bersedekah, dan banyak berzikir kepada Allah, akan tetapi mereka menjadikan sebagian makhluk sebagai perantara antara mereka dan Allah Ta'ala. 

Mereka berkata, 

"Kami menginginkan dari mereka pendekatan diri kepada Allah Ta'ala dan kami menginginkan syafaat mereka di sisi-Nya, seperti para malaikat, 'Isa (Yesus), Maryam, dan orang-orang saleh lainnya."

Maka, Allah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memperbarui bagi mereka agama Ibrahim dan memberitahukan kepada mereka bahwa pendekatan diri dan keyakinan ini adalah murni hak Allah Ta'ala, tidak boleh sedikit pun diperuntukkan bagi malaikat yang dekat maupun nabi yang diutus, apalagi selain keduanya. 

Kalau tidak, maka orang-orang musyrik ini bersaksi bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa tidak ada yang menciptakan dan memberi rezeki selain Dia; dan tidak ada yang menghidupkan dan mematikan selain Dia, dan tidak ada yang mengatur segala urusan selain Dia, dan bahwa seluruh langit yang tujuh, dan apa yang ada di dalamnya, serta bumi yang tujuh dan apa yang ada di dalamnya, semuanya adalah hamba-hamba-Nya dan berada di bawah kekuasaan dan paksaan-Nya.

Maka, jika engkau menginginkan dalil bahwa orang-orang musyrik ini, yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bersaksi dengan hal ini, maka bacalah firman Allah Ta'ala,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab, 'Allah.' Maka katakanlah, 'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?'" [QS. Yunus: 31]

Dan firman Allah Ta'ala,

"Katakanlah (Muhammad), 'Milik siapakah bumi dan semua yang ada di dalamnya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab, 'Milik Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah kamu tidak ingat?' Katakanlah, 'Siapakah Rabb langit yang tujuh dan Rabb 'Arsy yang agung?' Mereka akan menjawab, 'Milik Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah kamu tidak bertakwa?' Katakanlah, 'Siapakah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, padahal Dia melindungi dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab, '(Kekuasaan itu) milik Allah.' Katakanlah, 'Maka bagaimana kamu dapat disihir (sampai kamu menyembah selain Allah)?'"

Demikian juga ayat-ayat lain yang menunjukkan kepastian bahwa mereka mengatakan semua ini, dan bahwa hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam tauhid, yang didakwahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada mereka, dan engkau telah mengetahui bahwa tauhid yang mereka ingkari adalah tauhid ibadah, yang dinamakan oleh orang-orang musyrik di zaman kita ini dengan iktikad (keyakinan). 

Sebagaimana mereka menyeru Allah Subhanahu wa Ta'ala, siang dan malam, karena takut dan harap, kemudian di antara mereka ada yang menyeru para malaikat karena kesalehan dan kedekatan mereka dengan Allah 'Azza wa Jalla agar mereka memberikan syafaat bagi mereka, dan menyeru seorang saleh, seperti al-Lat, atau seorang nabi seperti 'Isa.

Engkau telah mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi mereka karena hal itu dan menyeru mereka untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah. Maka janganlah kamu menyembah siapa pun di dalamnya bersama Allah." [QS. al-Jin: 18]

Dan firman Allah Ta'ala,

لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلاَّ فِي ضَلالٍ
"Hanya bagi-Nyalah seruan (doa) yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah tidak dapat mengabulkan permintaan mereka sedikit pun, melainkan seperti orang yang membentangkan kedua telapak tangannya ke air (berharap) air itu sampai ke mulutnya, padahal air itu tidak akan sampai kepadanya. Dan doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka." [QS. ar-Ra'd: 14]

Engkau telah mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi mereka, agar agama itu seluruhnya milik Allah, penyembelihan (kurban) seluruhnya milik Allah, nazar seluruhnya milik Allah, istigasah seluruhnya milik Allah, dan seluruh jenis ibadah seluruhnya milik Allah. 

Engkau telah mengetahui bahwa pengakuan mereka terhadap tauhid Rububiyyah tidak memasukkan mereka ke dalam Islam, dan bahwa tujuan mereka (menyeru) para malaikat, para nabi, dan para wali adalah mereka menginginkan syafaat mereka dan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dengan perantaraan mereka. Itulah yang membuat halal darah dan harta mereka. 

Engkau telah mengetahui saat itu tauhid, yang didakwahkan oleh para rasul, dan diingkari pengakuannya oleh orang-orang musyrik; san tauhid inilah makna dari perkataanmu, "Laa ilaha illallah," karena ilah (sesembahan) menurut mereka adalah sesuatu yang dituju karena perkara-perkara ini (permintaan syafaat dan pendekatan diri), baik ia malaikat, nabi, wali, pohon, kuburan, maupun jin. Mereka tidak bermaksud bahwa ilah itu adalah Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pengatur; karena mereka mengakui bahwa hal itu hanya milik Allah semata, sebagaimana telah aku sebutkan kepadamu.

Akan tetapi yang mereka maksud dengan ilah adalah apa yang dimaksud oleh orang-orang musyrik di zaman kita ini, dengan julukan "as-Sayyid (tuan)", maka datanglah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru mereka kepada kalimat tauhid, yaitu, "Laa ilaha illallah," dan yang dimaksud dari kalimat ini adalah maknanya, bukan sekadar lafalnya, dan orang-orang kafir yang bodoh mengetahui bahwa maksud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kalimat ini adalah mengesakan Allah dalam ketergantungan, dan kufur terhadap apa yang disembah selain-Nya, serta berlepas diri darinya, karena ketika beliau bersabda kepada mereka, "Ucapkanlah, 'Laa ilaha illallah,'" maka mereka menjawab, "Apakah ia akan menjadikan tuhan-tuhan itu menjadi Tuhan yang satu? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang mengherankan."

Jika engkau telah mengetahui bahwa orang-orang kafir yang bodoh pun mengetahui hal itu, maka sungguh mengherankan orang yang mengaku Islam, namun ia tidak mengetahui tafsir kalimat ini (laa ilaha illallah) sebagaimana yang diketahui oleh orang-orang kafir yang bodoh, bahkan ia menyangka bahwa hal itu hanyalah mengucapkan huruf-hurufnya, tanpa keyakinan hati terhadap sedikit pun maknanya; dan orang yang pandai di antara mereka menyangka bahwa maknanya adalah tidak ada yang menciptakan, tidak ada yang memberi rezeki, tidak ada yang menghidupkan, tidak ada yang mematikan, dan tidak ada yang mengatur segala urusan selain Allah. Maka, tidak ada kebaikan pada seorang lelaki yang orang-orang kafir yang bodoh lebih mengetahui darinya makna, "Laa ilaha illallah."

Jika engkau telah mengetahui apa yang kukatakan kepadamu, dengan pengetahuan hati; dan engkau telah mengetahui syirik kepada Allah yang Allah firmankan tentangnya,

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki." [QS. an-Nisa': 48, dan 116]

Dan engkau telah mengetahui agama Allah yang diutus dengannya para rasul dari yang pertama hingga yang terakhir, yang Allah tidak menerima dari seorang pun agama selainnya, dan engkau telah mengetahui keadaan mayoritas manusia saat ini, berupa kebodohan terhadap hal ini, maka hal itu akan memberikanmu dua faedah: 

Pertama, kegembiraan dengan karunia dan rahmat Allah.

Allah Ta'ala berfirman,

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.'" [QS. Yunus: 58]

Kedua, ia akan juga memberikanmu rasa takut yang besar. Karena jika engkau mengetahui bahwa seseorang bisa menjadi kafir dengan satu kalimat yang keluar dari lisannya dan bisa jadi ia mengucapkannya dalam keadaan jahil, maka ia tidak dimaafkan karena kejahilannya, dan bisa jadi ia mengucapkannya, dalam keadaan ia menyangka bahwa kalimat itu mendekatkannya kepada Allah, terutama jika Allah mengilhamkan kepadamu kisah tentang kaum Musa, beserta kesalehan dan ilmu mereka, bahwa mereka datang kepadanya seraya berkata,

اجْعَلْ لَنَا إِلَهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ
"Buatlah untuk kami tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan (berhala)." [QS. al-A'raf: 138]

Maka saat itu akan bertambahlah rasa takutmu dan kesungguhanmu terhadap apa yang menyelamatkanmu dari hal ini dan yang semisalnya.

Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berdasarkan hikmah-Nya, tidak mengutus seorang nabi pun dengan tauhid ini melainkan Dia jadikan baginya musuh, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh, yaitu setan dari kalangan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan." [QS. al-An'am: 112]

Bisa jadi musuh-musuh tauhid memiliki banyak ilmu, kitab-kitab, dan hujah, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ
"Maka ketika para rasul mereka datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka merasa bangga dengan ilmu yang ada pada mereka." [QS. Ghafir: 83]

Jika engkau telah mengetahui hal itu dan engkau telah mengetahui bahwa jalan menuju Allah pasti memiliki musuh-musuh yang menghalanginya, orang-orang yang fasih, berilmu, dan memiliki hujjah, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
"Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah." [QS. al-A'raf: 86] (hingga akhir ayat).

Maka, yang wajib atasmu adalah mempelajari dari agama Allah, apa yang menjadi senjatamu, yang dengannya engkau memerangi setan-setan ini, yang pemimpin dan panutan mereka berkata kepada Rabbmu, 'Azza wa Jalla,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
"Dia (Iblis) menjawab, 'Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.'" [QS. al-A'raf: 16-17]

Akan tetapi jika engkau menghadap kepada Allah dan mendengarkan hujjah-hujjah dan bukti-bukti Allah, maka janganlah engkau takut dan janganlah engkau bersedih. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. Orang awam dari kalangan muwahhidin (orang-orang yang bertauhid) akan mengalahkan seribu ulama dari kalangan orang-orang musyrik ini, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
"Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang." [QS. ash-Shaffat: 173]

Maka tentara Allah, merekalah yang menang dengan hujah dan lisan; sebagaimana mereka juga menang dengan pedang dan tombak. Hanyalah rasa takut itu bagi muwahhid yang menempuh jalan (kebenaran), namun ia tidak membawa senjata (ilmu).

Allah telah menganugerahkan kepada kita Kitab-Nya, yang Dia jadikan,

تِبْيَاناً لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
"Penjelas bagi segala sesuatu, petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang muslim." [QS. an-Nahl: 89]

Maka tidaklah datang seorang pemilik kebatilan dengan hujah, melainkan di dalam al-Qur'an terdapat apa yang membantahnya, dan menjelaskan kebatilannya, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيراً
"Dan tidaklah mereka datang kepadamu (membawa) suatu perumpamaan, melainkan Kami datangkan kepadamu kebenaran dan penjelasan yang paling baik." [QS. al-Furqan: 33]

Sebagian ahli tafsir berkata bahwa ayat ini umum mencakup setiap hujah yang didatangkan oleh para pengikut kebatilan hingga hari kiamat.

Kesimpulannya, segala sesuatu yang disebutkan tentang kami, selain dakwah manusia kepada tauhid, dan larangan dari syirik, maka semuanya adalah kedustaan.

Di antara hal yang paling mengherankan yang terjadi dari para pemimpin yang menyelisihi adalah ketika aku menjelaskan kepada mereka firman Allah, dan apa yang disebutkan oleh para ahli tafsir dalam firman Allah Ta'ala,

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang paling dekat (kepada Allah)." [QS. al-Isra': 57]

Dan firman-Nya,

وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
"Dan mereka berkata, 'Mereka ini adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah.'" [QS. Yunus: 18]

Dan firman-Nya,

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
"Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." [QS. az-Zumar: 3]

Dan apa yang Allah sebutkan berupa pengakuan orang-orang kafir dalam firman-Nya,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan?'" [QS. Yunus: 31] (hingga akhir ayat).

Dan selain itu, mereka berkata, 

"Al-Qur'an tidak boleh diamalkan oleh kami, maupun orang seperti kami, tidak pula dengan perkataan Rasul, tidak pula dengan perkataan orang-orang terdahulu, dan kami tidak menaati selain apa yang disebutkan oleh orang-orang belakangan."

Aku berkata kepada mereka,

"Aku membantah pengikut mazhab Hanafi dengan perkataan ulama Hanafi mutaakhirin, dan Maliki, Syafi'i, dan Hambali, setiap mazhab. Aku membantahnya dengan kitab-kitab ulama mutaakhirin mereka yang mereka jadikan sandaran." 

Maka ketika mereka menolak hal itu, aku menukil perkataan para ulama dari setiap mazhab kepada para pengikutnya, dan aku menyebutkan segala sesuatu yang mereka katakan, setelah aku menjelaskan secara terang-terangan tentang seruan di kuburan dan nazar untuknya, maka mereka mengetahui hal itu, dan memastikannya, namun hal itu tidak berpengaruh pada diri mereka selain membuat mereka semakin menjauh.

Adapun vonis kafir, maka aku mengafirkan orang yang telah mengetahui agama Rasul, kemudian setelah ia mengetahuinya ia mencelanya, melarang manusia darinya, dan memusuhi orang yang mengamalkannya. Inilah orang yang aku kafirkan. Adapun mayoritas umat — segala puji bagi Allah — tidaklah demikian. 

Adapun peperangan, maka kami tidak memerangi seorang pun hingga hari ini, kecuali untuk membela diri dan kehormatan; dan merekalah yang datang kepada kami di negeri kami; dan mereka tidak menyisakan kemungkinan (perdamaian), akan tetapi kami bisa jadi memerangi sebagian dari mereka, sebagai balasan, karena balasan keburukan adalah keburukan yang serupa. Demikian pula orang yang terang-terangan mencela agama Rasul, setelah ia mengetahuinya, maka kami jelaskan kepada mereka bahwa inilah kebenaran, yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan bahwa yang wajib adalah menyebarkannya di tengah manusia, dan mengajarkannya kepada para wanita dan pria.

Semoga Allah merahmati orang yang menunaikan kewajibannya dan bertobat kepada Allah serta mengakui kesalahannya karena orang yang bertobat dari dosa itu layaknya orang yang tidak memiliki dosa.

Kami memohon kepada Allah agar memberikan hidayah kepada kami dan kepada kalian kepada apa yang Dia cintai dan ridai.

Penerjemah: Febby Angga

Posting Komentar