Pendahuluan Kitab ad-Durar as-Saniyyah fi al-Ajwibah an-Najdiyyah

Ditulis oleh penyusunnya, ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim.

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan hidayah pada zaman yang silih berganti kepada hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki. 

Dengan kenikmatan dan karunia-Nya, Ia telah mengilhamkan kepada mereka hikmah bersamaan dengan fitrah bawaan yang Dia ciptakan pada diri mereka, sehingga pancarannya meledak-ledak pada lisan-lisan mereka dan mereka berbicara dengan benar, baik secara akal dan naqal. 

Dia membuka mata mereka dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus, baik dengan ilmu, amalan, hijrah, dan jihad, sehingga mereka berhasil menegakkan kembali agama Islam layaknya generasi pertama. 

Dia memudahkan bagi mereka ajaran-ajaran agama dan karunia-karunia keyakinan yang dengannya membuat mereka menjadi utama nan terpilih dari orang-orang yang sezaman.

Mereka meneladani salaf yang utama dan Dia membukakan kepada mereka hakikat-hakikat ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu pengetahuan yang hakiki yang membedakan mereka dengan yang lain di sisi orang-orang yang berpengalaman dan merenungkannya. 

Mereka berjalan di atas metodologi yang benar dan bersikeras dalam menggapai ilmu petunjuk sampai mereka mengikuti generasi awal.

Maka, Maha Suci Allah Yang telah mengaruniakan taufik kepada makhluk-makhluk-Nya yang Ia kehendaki untuk menegakkan prinsip dan merealisasikan kebenaran. Ia mengumpulkan bagi mereka karunia-karunia kebaikan yang agung nan presisi.

Saya memuji Allah Subhanah atas apa yang Ia karuniakan kepada kita dan Ia membimbing kita kepada-Nya di antara segenap makhluk.

Saya bersaksi bahwasanya tidak ada ilah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian yang tulus nan jujur kepada Allah. Saya juga bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya yang dengannya Allah menyempurnakan agama ini dan menjadikan syariat-Nya sebagai satu-satunya jalan yang paling sempurna. Semoga selawat Allah serta salam yang banyak senantiasa tercurah atasnya, keluarganya, dan para sahabatnya. Mereka adalah bintang-bintang penunjuk bagi orang-orang yang telah lalu maupun orang-orang selanjutnya.

Adapun kemudian;

Sesungguhnya Allah — segala puji hanya untuk-Nya — telah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan petunjuk dan agama yang benar agar Ia mengunggulkannya atas segenap agama lainnya sehingga dengannya Ia menyempurnakan agama dan mengutuhkan nikmat. 

Manusia kemudian masuk berbondong-bondong ke dalam agama Allah. Bumi bersinar dengan cahaya kenabian dan bergemetaran karena riang gembira sampai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan mereka di atas jalan yang terang yang mana malam harinya layaknya siang harinya. Kemudian berjalan di atas metodologi yang benar ini, para penggantinya yang mendapatkan petunjuk (Khulafa ar-Rasyidin), para sahabatnya yang terbimbing, dan orang-orang terkemuka sesudah mereka yang diridai.

Kemudian muncullah sesudah mereka orang-orang yang datang menggantikan mereka. Mereka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Ini membenarkan apa yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Hanya saja Allah Subhanahu wa Ta‘ala — dengan karunianya — telah menjamin untuk umat ini kelangsungan agamanya dan penjagaan-Nya atasnya. Dan, ini terwujudkan dengan keberadaan orang-orang pilihan yang diangkat oleh Allah Tabaraka wa Ta‘ala dari kalangan ciptaan-Nya yang paling utama dan makhluk-Nya yang paling istimewa. Mereka adalah para pengemban syariat yang suci, para penolong millah, para pembela agama-Nya, orang-orang yang bertempur melawan para ahli bidah dan pengikut hawa nafsu, orang-orang yang berjihad melawan orang-orang yang merusak kesatuan kalimat takwa, yang mana dalam umat Muhammadiyyah mereka memiliki kedudukan seperti para nabi di kalangan umat-umat sebelumnya.

Maka, Allah menampakkan di setiap generasi para ahli fikih dari umat ini, imam-imam yang dijadikan teladan dan rujukan. Dengan mereka, Allah meneguhkan prinsip-prinsip Islam dan menjelaskan hukum-hukum yang sulit sehingga hati menjadi hidup dengan kabar-kabar mereka dan kebahagiaan diraih dengan mengikuti jejak mereka. Allah menjaga agama ini dengan penjagaan yang tidak pernah diberikan kepada agama lain.

Hal ini karena nabinya umat ini adalah penutup para nabi. Tidak ada nabi setelahnya yang akan datang untuk memperbarui agama sebagaimana terjadi pada umat-umat sebelumnya. Setiap kali agama seorang nabi terdahulu mulai memudar, datanglah nabi lain untuk memperbaruinya. Namun, Allah menjamin penjagaan agama ini tanpa perlu kedatangan nabi lain. Allah menegakkan pada setiap zaman para penjaga agama yang akan membersihkan agama ini dari penyelewengan orang-orang yang ekstrem, pemalsuan para pembuat kebatilan, dan penyesatan orang-orang yang menyimpang. Mereka memisahkan kebenaran dari kebohongan, waham, dan kekeliruan, serta menata dan menjaga agama ini dengan sebaik-baiknya penataan dan penjagaan.
 
Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus dengan jawami' al-kalim (ungkapan ringkas yang padat makna), hingga beliau terkadang berbicara dengan satu kalimat yang mencakup dan umum, yang merupakan qadhiyyah kulliyyah (proposisi universal), dan qaidah 'ammah (kaidah umum), meliputi berbagai macam jenis, dan jenis-jenis tersebut meliputi hal-hal yang tidak terhitung jumlahnya. Nas-nas (al-Qur'an dan as-Sunnah) dengan bentuk ini meliputi hukum-hukum perbuatan hamba. 

Hikmah Allah Ta'ala menuntut untuk mengangkat bagi manusia para imam petunjuk dari kalangan ahli agama dan iman, ahli tahkik (verifikasi/penelitian mendalam) dan irfan (pengetahuan spiritual), yang menggantikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam menyampaikan kepada umatnya apa yang beliau sabdakan, dan memahami mereka maksud beliau, sesuai dengan ijtihad dan kemampuan mereka. Orang yang paling berilmu dan paling utama di antara mereka adalah yang paling kuat berpegang teguh dengan apa yang datang dari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan paling memahami maksud beliau, maka seluruh manusia menjadi bergantung kepada mereka dalam masalah fatwa dan merujuk kepada mereka dalam mengetahui hukum-hukum; dan Allah telah menegakkan orang-orang yang menguasai mazhab-mazhab mereka dan memformulasikan kaidah-kaidah mereka.

Allah telah mengkhususkan dari kalangan mereka beberapa orang yang paling tinggi kedudukan dan martabatnya serta mengekalkan sebutan dan mazhab-mazhab mereka sehingga perkataan-perkataan mereka menjadi sandaran hukum-hukum; dan dengan mazhab-mazhab mereka, para fukaha Islam berfatwa.

Adalah Abu 'Abdillah, al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, semoga Allah meridainya, orang yang paling sempurna keutamaannya, paling dekat perantaraannya kepada Allah, paling luas pengetahuannya tentang hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan paling berilmu tentangnya, paling mengikuti beliau, paling banyak meneliti mazhab-mazhab para sahabat dan tabiin, paling zuhud di dunia, dan paling taat kepada Rabb-nya, dan mazhabnya didukung oleh dalil-dalil.

Abu al-Faraj berkata, "Kami meneliti dalil-dalil syariat dan usul fikih dan kami mempelajari keadaan para ulama mujtahid, maka kami melihat Ahmad - semoga Allah merahmatinya - adalah orang yang paling banyak mendapatkan bagian dari ilmu-ilmu tersebut. Dahulu, apabila beliau ditanya tentang suatu masalah, seolah-olah ilmu dunia berada di hadapannya."

Ibrahim al-Harbi berkata, "Aku melihat Ahmad seolah-olah Allah telah mengumpulkan baginya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian dari setiap jenis." 

Dan itu benar, karena beliau - semoga Allah merahmatinya - sangat perhatian terhadap al-Qur'an, pemahamannya, dan ilmu-ilmunya. Ilmu beliau tentang as-Sunnah telah masyhur dan tersebar luas, serta mendapatkan kesepakatan dan ijmak (konsensus). Beliau adalah pembawa panji sunah dan hadis dan orang yang paling berilmu di zamannya tentang hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabatnya, dan para tabi'in.

Beliau memiliki keistimewaan dibandingkan para ulama sezamannya dalam hal luasnya hafalan dan banyaknya (hadis yang dihafal) hingga dikatakan bahwa beliau menghafal tiga ratus ribu hadis serta dalam pengetahuan tentang hadis yang sahih dari yang saqim (cacat). Beliau adalah puncak ilmu jarh wa ta'dil serta dalam pengetahuan tentang fikih hadis dan pemahamannya, halal dan haramnya, serta makna-maknanya. Terlihat dari pemahaman beliau hal yang membuat takjub, bahkan tidak ada satu masalah pun yang telah dibicarakan oleh para sahabat, tabiin, dan orang-orang setelah mereka, kecuali beliau mengetahuinya dan ilmunya meliputi hal tersebut. Demikian pula perkataan para fukaha umum di berbagai kota dan negeri.

Telah maklum diketahui bahwa barang siapa memahami ilmu-ilmu ini dan mahir di dalamnya, maka hal yang paling mudah baginya adalah mengetahui kejadian-kejadian (baru) dan menjawabnya sesuai dengan ushul (pokok-pokok) tersebut. Sedang barang siapa meneliti dengan tattabu' (penelusuran) dan istiqra' (metode induktif), niscaya ia akan mengetahui bahwa ilmu Imam Ahmad, dan orang-orang yang menempuh jalannya dari kalangan para imam, adalah ilmu umat yang paling tinggi, paling mulia, dan paling agung, dan sesungguhnya di dalamnya terdapat kecukupan bagi siapa saja yang Allah beri petunjuk.

Allah melindunginya (Imam Ahmad) dengan para ulama besar yang cerdas, yang menerima ilmunya dengan baik, memformulasikannya, menyusunnya dengan rapi, dan membangun cabang-cabang (hukum) darinya berdasarkan ushul (pokok-pokok). Mereka terdiri dari anak-anak beliau dan orang-orang sezamannya, jumlah mereka lebih dari lima ratus ahli fikih, dan generasi-generasi setelahnya adalah para imam besar yang cerdas, yang menjadi penolong bagi as-Sunnah yang gemilang, dan pembela bagi agama yang luhur, sebagaimana keadaan seluruh saudara mereka yang mendapatkan taufik, dari kalangan pengikut empat imam yang mendapat petunjuk (Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi'i, Ahmad), meskipun banyaknya musuh mereka pada masa itu, dan berlimpahnya lawan-lawan mereka di berbagai negeri, serta kegelapan malam kesyirikan dan kerusakan, dan bergelombangnya lautan bidah dan keingkaran.

Hingga Allah Ta'ala menegakkan seorang ulama Rabbani, mufti umat, lautan ilmu, Syaikhul Islam Ahmad bin Taimiyyah, seorang mujtahid mutlak, yang disepakati keutamaan dan keimamannya, yang Allah kumpulkan seluruh ilmu di hadapan matanya, mengambil darinya apa yang dia kehendaki, dan meninggalkan apa yang dia kehendaki. Allah memperbarui agama dengannya setelah kemerosotannya, dan menghidupkan dengannya petunjuk penghulu para rasul setelah redupnya cahayanya, dan mematahkan dengannya seluruh bidah para pelaku bidah, sehingga tampaklah kebenaran dan keyakinan. Kemudian setelahnya bangkitlah murid-murid beliau yang muhaqqiqun (terverifikasi keilmuannya) dan para pengikut mereka yang tidak terhitung jumlahnya.

Kemudian setelah mereka, ikatan-ikatan Islam menjadi lemah, bintang-bintang dan planet-planet disembah, kuburan-kuburan diagungkan, dan dibangun masjid-masjid di atasnya, serta tempat-tempat keramat dan makam-makam tersebut disembah, dan dijadikan sandaran dalam perkara-perkara penting, bukan kepada ash-Shamad al-Wahid (Allah Yang Maha Esa dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu). 

Akan tetapi, dalam hadis disebutkan, "Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala akan mengutus untuk umat ini, pada setiap awal abad, orang yang memperbarui urusan agama mereka," dan menjelaskan jalan yang benar dengan bukti-bukti yang jelas.

Maka, Allah mengutus pada abad kedua belas, menurut orang yang berpengalaman dalam berbagai urusan dan menelitinya serta memahami apa yang ditetapkan oleh para ahli ilmu dan atsar (riwayat), tanda (kebesaran Allah) yang gemilang dan hujah (bukti) yang nyata, Syaikhul Islam wal Muslimin, yang tergolong tokoh-tokoh generasi pendahulu yang mulia, pembaharu bagi pokok-pokok agama dan keyakinan yang telah meredup, sekaligus seorang Salafi sejati, meskipun zamannya datang pada masa belakangan menurut orang yang berpengalaman dan merenungkan, lautan ilmu, seorang mujtahid yang paling unggul, asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab, semoga Allah melimpahkan baginya pahala dan ganjaran yang besar, dan menempatkannya di surga tanpa hisab (perhitungan).

Beliau bersungguh-sungguh dengan sekuat tenaga dan ijtihadnya dan mengumumkan nasihat karena Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan seluruh hamba-hamba-Nya. Beliau menyeru kepada apa yang diserukan oleh para rasul, yaitu menauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya, dan melarang mereka dari syirik, serta sarana-sarana dan perantara-perantaranya. Maka segala puji bagi Allah yang menjadikan pada setiap zaman orang yang mengatakan kebenaran dan membimbing kepada petunjuk dan kejujuran dan dengan ilmunya tertolak argumen-argumen orang-orang yang batil dan penyesatan orang-orang jahil yang tertipu.

Segala puji bagi Allah yang telah membenarkan janji-Nya, dan mewariskan keridaan hanya kepada-Nya, menunaikan janji-Nya, dan mengabulkan doa-Nya. 

Maka keturunan beliau, keturunan mereka, dan murid-murid mereka menjadi bintang-bintang petunjuk dan lautan ilmu pengetahuan. Mereka teguh di atas jalan al-Qur'an dan as-Sunnah, dan berjuang membela keduanya dengan sekuat tenaga, serta tidak melampaui apa yang dipegang oleh para sahabat dan generasi pendahulu, serta para imam yang terpercaya, seperti Abu Hanifah, dua Sufyan (Sufyan ats-Tsauri dan Sufyan bin 'Uyainah), Malik, asy-Syafi'i, Ahmad, dan orang-orang yang serupa dengan mereka. Tidak menggoyahkan keteguhan hati mereka kelancaran lidah seorang penipu, tidak pula sofisme seorang yang suka menafsirkan dengan keliru, tidak pula kemewahan seorang mulhid, dan tidak pula hiasan kata-kata orang yang berfilsafat. Setiap kali satu generasi dari mereka berlalu, Allah menciptakan generasi setelahnya di atas jalan generasi sebelumnya sehingga mereka menjadi abdal (orang-orang saleh pengganti), orang-orang baik, dan orang-orang pilihan.

Telah mengabarkan ash-Shadiq al-Amin (yang benar lagi terpercaya), "Allah senantiasa menanam di dalam agama ini tanaman (orang-orang) yang Dia gunakan untuk ketaatan kepada-Nya." 

Beliau juga bersabda, "Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tetap teguh di atas perintah Allah, tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka." 

Allah telah menegakkan sunah dan kewajiban-kewajiban agama melalui mereka sehingga mereka menjadi hujah (bukti) atas seluruh penduduk bumi dan Najd menjadi terang benderang karenanya di Jazirah Arab. 

Sungguh bagus perkataan seorang penyair ketika ia berkata,

ففيها الهداة العارفون بربهم * ذوو العلم والتحقيق أهل البصائر
محابرهم تعلو بها كل سنة * مطهرة أنعم بها من محابر
مناقبهم في كل مصر شهيرة * رسائلهم يغدو بها كل ماهر
وفيها من الطلاب للعلم عصبة * إذا قيل من للمشكلات البوادر
Maka di dalamnya (terdapat) para pembimbing yang mengenal Rabb mereka * para pemilik ilmu, penyelidikan yang mendalam, dan para ahli basirah (mata hati).
Tinta-tinta mereka menjunjung tinggi setiap tahun * suci dan bersih, betapa indahnya tinta-tinta itu.
Kebaikan dan keutamaan mereka terkenal di setiap negeri * tulisan-tulisan mereka dibawa oleh setiap orang yang cakap.
Dan di dalamnya terdapat sekelompok penuntut ilmu * yang jika ditanya, “Siapa yang bisa menyelesaikan masalah sulit?” maka merekalah yang segera maju.

Tidak dikenal suatu kaum pun yang mengalami seluruh fase yang dialami Islam pada masa awal kemunculannya, berupa keterasingan, jihad, hijrah, dan kekuatan, selain kaum ini. Sungguh telah muncul asy-Syaikh al-Mujaddid al-Mujtahid ini pada waktu penduduknya lebih buruk keadaannya daripada keadaan orang-orang musyrik dan Ahlul Kitab pada zaman kenabian, dari kesyirikan, khurafat, bidah, kesesatan, dan kebodohan yang merajalela; maka beliau menyeru kepada peribadatan kepada Allah semata dan kembali kepada pokok Islam, sehingga beliau menghidupkan kembali permulaan Islam sebagaimana adanya. Demikian juga keturunan serta murid-murid beliau berjalan di atas jalan Salafush Shalih dan menimpa mereka apa yang menimpa para pemimpin tersebut.

Sungguh telah bersaksi untuk mereka para ahli ilmu, keutamaan, dan tahkik, dari penduduk desa dan kota, bahwa mereka telah memperbarui tauhid dan menyeru kepadanya hingga menjadi terang benderang, bahkan musuh-musuh mereka pun bersaksi untuk hal itu, sebagaimana akan engkau dapati,

مناقب شهد العدو بفضلها * والفضل ما شهدت به الأعداء
Keutamaan-keutamaan (mereka) diakui oleh musuh karena keunggulannya * dan sesungguhnya keutamaan yang sejati adalah apa yang diakui oleh musuh.

Barang siapa meneliti hakikat kaum ini dan mengetahui sumber-sumber (ilmu) mereka, niscaya ia akan tunduk kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai imam-imam pemberi petunjuk.

Sungguh benar perkataan seorang penyair,

أئمة حق والنصوص طريقهم * وأحمد خريت الطريق وهاديا
على مذهب الحبر الإمام ابن حنبل * عليهم من المولى سلام يوافيا
عقائدهم سنية أجمع الملا * عليها خصوصا تابعا وصحابيا
وأسلمها عقدا وأعلمها هدى * وأحكمها فاشدد عليها الأياديا
صرائح قرآن نصوص صريحة * ومن ردها دارت عليه الدواهيا
Mereka adalah para imam kebenaran, dan jalan mereka adalah berdasarkan nas-nas (teks syariat) * dan Ahmad (bin Hanbal) adalah penunjuk jalan yang ahli dan pemberi petunjuk
Berada di atas mazhab sang alim, Imam Ibnu Hanbal * atas mereka curahan salam dari Tuhan semoga terus menerus tercurahkan.
Akidah mereka adalah akidah Ahlus Sunnah yang disepakati oleh umat *khususnya oleh para tabiin dan sahabat.
Ia adalah akidah yang paling selamat, paling berilmu dalam petunjuk * dan paling kokoh, maka kuatkanlah genggaman tanganmu padanya.
Ia berdiri di atas teks-teks al-Qur’an yang jelas dan gamblang * siapa yang menolaknya, akan ditimpa bencana besar.

Mereka berada di atas mazhab al-Hibr ar-Rabbani (ulama besar yang mendalam ilmunya dan mengamalkannya) dan ash-Shiddiq ats-Tsani (orang yang benar kedua, setelah Abu Bakar ash-Shiddiq), Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-Syaibani — semoga Allah meridhainya dan membuatnya rida dan menjadikan surga sebagai tempat kembali dan kediamannya karena kuatnya ilmu dan keutamaan beliau -. 

Mereka mengikuti dalil-dalilnya dan meneladaninya tanpa taklid (mengikuti tanpa dalil) kepadanya. Mereka mengambil dari dua riwayat atau lebih darinya apa yang lebih dekat kepada dalil dan terkadang mereka memilih apa yang tidak dinaskan dalam mazhab jika tampak jelas kebenarannya dan telah dikatakan oleh salah seorang imam yang terpercaya. Dan hal itu bukanlah keluar dari mazhab karena telah ditetapkan dari beliau dan dari seluruh imam - semoga Allah merahmati mereka - bahwa jika perkataan salah seorang dari mereka menyelisihi sunah, maka perkataannya ditinggalkan, karena sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Secara keseluruhan, barang siapa merenungkan keadaan mereka dan meneliti perkataan mereka, niscaya ia akan mengetahui bahwa mereka berada di atas jalan yang lurus dan manhaj yang jelas dan lurus. Mereka bersungguh-sungguh dengan sekuat tenaga dan ijtihad dan mencurahkan perhatian mereka dalam menolong agama ini yang kebanyakan orang berada dalam puncak kejahilan terhadap bangunan-bangunan agungnya dan puncak berpaling dari perhatian dan penegakannya. Maka, mereka membuka sumber-sumber (ilmu) di dalamnya bagi manusia, setelah pada masa lalu ia tersembunyi dan padam, dan mereka memakmurkan lembaga-lembaga (pendidikan) di dalamnya, hingga ia menjadi bersih, bercahaya, dan tampak jelas.

Mereka menyebarkan syariat penghulu para rasul shallallahu 'alaihi wa sallam kepada seluruh makhluk, menyingkap tabirnya, memverifikasi kebenaran-kebenaran, mendirikan madrasah-madrasah dan memakmurkannya dengan pengajaran, berjihad di jalan Allah melawan setiap tagut yang berdosa, menulis kitab-kitab dan memperbagusnya, menyingkap syubhat dan menghancurkannya, serta menjawab orang yang bertanya dan memberikan manfaat, sehingga mereka menyingkap dari agama apa yang menimpanya dan menjelaskan serta mengulang-ulangnya. Jadi, sudah sepantasnya bagi kaum yang demikian keadaannya, untuk memperhatikan risalah-risalah, fatwa-fatwa, dan bantahan-bantahan mereka, serta dikumpulkan dan dibukukan agar tidak hilang, dan diurutkan serta diberi judul agar tidak sulit (dicari).

Sungguh para ulama kami telah bersungguh-sungguh dalam mengumpulkannya dan menjaganya. Mereka bersemangat dan menganjurkan untuk menyebarkannya dan mengumpulkan bagian-bagiannya yang terpencar. Yang paling banyak mengumpulkan adalah apa yang didapati oleh guru kami yang mulia, asy-Syaikh Muhammad bin asy-Syaikh 'Abdullathif, asy-Syaikh Sulaiman bin Sahman, asy-Syaikh 'Abdullah bin 'Abdul 'Aziz al-'Anqari, dan selain mereka. 

Hanya saja ia belum tertata, sehingga penuntut ilmu tidak menemukannya, kecuali setelah susah payah dan bersusah-susah, dan tidak samar lagi betapa besar kesulitan dan keletihan dalam hal itu, bahkan terkadang tidak menemukannya, sehingga memerintahkanku orang yang wajib ditaati olehku untuk mengumpulkannya dan menyusunnya sesuai kemampuan, meskipun aku bukanlah ahli dalam bidang ini; maka hari-hari berlalu, aku maju satu langkah dan mundur di langkah lainnya, karena banyaknya kesibukan, mengurus penghidupan dan lahan pertanian, serta tidak adanya keahlian, hingga menguatlah tekad dan ikhlaslah niat serta tampaklah (kemudahan), dan Allah memudahkan urusan dan melancarkannya, serta memberikan taufik kepadanya. 

Ketika itu aku mencermati dengan seksama dan memikirkan dengan mendalam serta mengumpulkan apa yang aku jangkau. Guru kami yang mulia, sang ulama terpercaya, asy-Syaikh Muhammad bin asy-Syaikh Ibrahim, membantu dalam hal itu, dan beliau memformulasikan serta menyusunnya dengan rapi. Aku menunjukkannya dan memperlihatkannya kepada beliau, maka beliau merasa gembira, dan tampaklah padanya tanda-tanda penerimaan yang indah. Aku mengulang-ulang pembahasan fikih kepadanya berkali-kali dan usul serta ilmu lainnya beberapa kali.

Aku telah membaca sebagian besar darinya di hadapan guru kami yang mulia, asy-Syaikh Muhammad bin asy-Syaikh 'Abdullathif, dan di hadapan asy-Syaikh Sa'ad bin Hamd bin 'Atiq, dan asy-Syaikh 'Abdullah bin 'Abdul 'Aziz al-'Anqari, maka - alhamdulillah - ia menjadi kumpulan sebagian besar risalah dan fatwa mereka, bahkan seluruhnya kecuali sedikit.

Sungguh para ulama telah menulis di setiap zaman dan negeri, dalam bidang usul, furuk (cabang-cabang agama), dan selainnya, banyak sekali yang tidak terhitung jumlahnya, untuk menjaga agama dan syariat, serta perkataan para ahli ilmu, dan agar akhir umat ini seperti awalnya dalam ilmu dan amalan, serta komitmen terhadap hukum-hukum syariat, dan mewajibkan manusia untuk berpegang teguh dengannya, karena kebutuhan mereka terhadap hal itu melebihi segala kebutuhan, dan kalau bukan karena itu, niscaya akan menimpa agama kita apa yang menimpa agama-agama sebelumnya, karena setiap zaman tidak pernah kosong dari orang yang berbicara tanpa ilmu, dan berucap tanpa kebenaran dan pemahaman.

Para ulama besar ini menjelaskan jalan menuju Allah dengan ilmu dan menampakkan permasalahan-permasalahan yang rumit dengan sumber-sumber pemahaman, dengan sesuatu yang menenangkan hati dan mengusir keraguan, dan fatwa-fatwa serta jawaban-jawaban mereka menjadi muktabar di sisi para hakim dan pemberi fatwa, karena keunggulannya dengan dalil, dan kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah dan ta'shil (penetapan pokok).

Dan inilah dia (kitab ad-Durar as-Saniyyah fi al-Ajwibah an-Najdiyyah) menampakkan dirinya dan menunjukkan betapa besar manfaatnya, sebagai himpunan yang komprehensif, menyeluruh, dan bermanfaat. Di dalamnya terdapat faedah-faedah yang sangat layak untuk digigit dengan gigi geraham, dipuji dengan jari-jemari, dan ditekuni oleh para pemilik bashair pandangan hati yang tajam. Ia mengandung usul (pokok-pokok) yang kokoh dan pembahasan-pembahasan yang agung, yang tidak engkau temukan dalam banyak kitab-kitab yang ditulis maupun diwan-diwan (kumpulan tulisan) yang dikarang.

Jika engkau menginginkan pembahasan tentang dakwah kepada agama dan menauhidkan Rabb semesta alam, niscaya engkau akan mendapatinya dengan uslub (gaya bahasa) yang paling baik dan penjelasan yang paling sempurna. Sedang jika engkau menginginkan solusi permasalahan-permasalahan furuk (cabang agama) dengan keyakinan, maka ambillah darinya cahaya yang terang benderang. Atau jika engkau menginginkan hukum jihad melawan orang-orang yang berbuat kerusakan, niscaya engkau akan mendapatinya sesuai dengan sirah (perjalanan hidup) penghulu para rasul. Atau jika engkau menginginkan solusi kerancuan orang-orang yang menyimpang, niscaya engkau akan mendapatinya dijelaskan dengan bukti-bukti yang paling jelas. Atau (jika engkau menginginkan) istinbath (pengambilan kesimpulan hukum) dari ayat-ayat kalam Rabb semesta alam, niscaya ia akan memberikan kepadamu apa yang tidak terdapat dalam perkataan kebanyakan ahli tafsir. Atau (jika engkau menginginkan) nasihat-nasihat yang komprehensif dalam urusan-urusan agama, niscaya engkau akan menemuinya sebagai tanda (kebesaran Allah) yang gemilang bagi orang-orang yang merenungkan. 

Ia dikarang oleh para ulama besar dari kalangan para pemberi petunjuk yang mendapat hidayah dan disampaikan kepadamu dengan cahaya yang terang benderang. Jiwa-jiwa orang-orang yang bertauhid merindukannya, hati orang-orang yang beriman tenteram dengannya, dan dada para penuntut ilmu menjadi lapang karenanya.

Sungguh kumpulan tulisan yang diberkahi ini terbagi ke dalam sebelas juz:

Juz pertama, kitab akidah.
Juz kedua, kitab tauhid.
Juz ketiga, kitab al-Asma' wash Shifat.
Juz keempat, kitab ibadah, dari kitab taharah hingga kurban, dan pada bagian awalnya terdapat dua pasal:
Pasal pertama, tentang pokok-pokok sumber pengambilan dalil mereka.
Pasal kedua, tentang usul fikih.
Juz kelima, kitab muamalah dan pembahasan yang mengikutinya hingga pembahasan tentang pembebasan budak.
Juz keenam, dari kitab nikah hingga pengakuan.
Juz ketujuh, kitab jihad.
Juz kedelapan, kitab hukum kemurtadan.
Juz kesembilan, ringkasan bantahan-bantahan terhadap para pemilik syubhat (kerancuan), penyimpangan, dan pengingkaran.
Juz kesepuluh, al-Istinbath (pengambilan kesimpulan hukum) dan tafsir ayat-ayat dari al-Qur'an.
Juz kesebelas, kitab nasihat; dan pada bagian akhirnya terdapat biografi para penulis risalah-risalah dan jawaban-jawaban tersebut, yang akan memberitahumu tentang kebesaran kedudukan mereka, ketinggian martabat mereka, kedalaman sumber pengambilan dalil mereka, dan melapangkan dadamu untuk menerima jawaban-jawaban mereka.

Penerjemah: Febby Angga

Posting Komentar