Empat Masalah yang Wajib Dipelajari oleh Seorang Muslim
Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab — semoga Allah menyucikan ruhnya — juga berkata:
Wajib atas kita mempelajari empat masalah:
Pertama, ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalil.
Kedua, mengamalkannya.
Ketiga, mendakwahkannya.
Keempat, sabar atas gangguan (cobaan) di dalamnya (dalam mengamalkan dan mendakwahkannya).
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala, dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." [QS. al-‘Ashr: 1-3]
Imam asy-Syafi'i — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — berkata,
"Seandainya Allah tidak menurunkan hujah kepada makhluk-Nya selain surat ini, niscaya (surat ini) telah mencukupi mereka."
Dan al-Imam al-Bukhari — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — berkata, "Bab: Ilmu Sebelum Berucap dan Beramal."
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
"Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu." [QS. Muhammad: 19]
Maka Dia memulai dengan ilmu sebelum perkataan dan perbuatan.
Ketahuilah — semoga Allah merahmatimu — bahwasanya wajib bagi setiap muslim dan muslimah mempelajari (tiga) masalah ini dan mengamalkannya.
Pertama, bahwasanya Allah telah menciptakan kita dan memberi kita rezeki, dan tidak membiarkan kita begitu saja (terlantar/sia-sia), melainkan mengutus kepada kita seorang rasul. Barang siapa menaatinya, niscaya masuk surga, sedang barang siapa mendurhakainya, niscaya masuk neraka.
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولاً شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولاً فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلاً
"Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang rasul kepada Fir'aun. Maka Fir'aun mendurhakai rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat." [QS. al-Muzzammil: 15-16]
Kedua, bahwasanya Allah tidak rida jika dipersekutukan dengan sesuatu apa pun dalam peribadahan kepada-Nya, tidak dengan malaikat yang dekat, tidak pula nabi yang diutus, apalagi selain keduanya.
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." [QS. al-Jinn: 18].
Ketiga, bahwasanya barang siapa yang menaati rasul dan menauhidkan (mengesakan) Allah, maka tidak boleh baginya memberikan muwalah (loyalitas) kepada orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, walaupun ia adalah kerabat terdekat.
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الأِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." [QS. al-Mujadilah: 22]
Ketahuilah — semoga Allah membimbingmu kepada ketaatan-Nya — bahwasanya al-Hanifiyyah (ajaran yang lurus), yaitu agama (millah) Nabi Ibrahim, adalah engkau beribadah kepada Allah semata dengan memurnikan (mengikhlaskan) ketaatan (agama) kepada-Nya.
Dengan itulah Allah memerintahkan seluruh manusia dan menciptakan mereka untuk tujuan itu, sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." [QS. adz-Dzariyat: 56]
Dan 'makna ya’budun' (mereka beribadah kepada-Ku) adalah 'yuwahhidun' (mereka menauhidkan-Ku/mengesakan-Ku).
Perintah Allah yang paling agung adalah tauhid (mengesakan Allah), yaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Sedang larangan Allah yang paling besar adalah syirik (menyekutukan Allah), yaitu: menyeru (berdoa/beribadah) kepada selain-Nya di samping (menyembah)-Nya.
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun." [QS. an-Nisa’: 36].
Maka apabila ditanyakan kepadamu,
"Apa tiga landasan pokok (al-Ushul ats-Tsalatsah) yang wajib diketahui oleh manusia?"
Maka katakanlah,
"Pengenalan seorang hamba terhadap Rabb-nya, agamanya, dan Nabinya, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam."
Maka apabila ditanyakan kepadamu,
"Siapa Rabb-mu?"
Maka katakanlah,
"Rabb-ku adalah Allah yang telah memeliharaku dan memelihara seluruh alam semesta dengan nikmat-nikmat-Nya. Dialah sesembahanku, tiada sesembahan (yang hak) bagiku selain Dia."
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam." [QS. al-Fatihah: 2]
Segala sesuatu selain Allah adalah alam (makhluk/ciptaan) dan aku adalah salah satu bagian dari semesta alam tersebut.
Apabila ditanyakan kepadamu,
"Dengan apa engkau mengenal Rabb-mu?"
Maka katakanlah,
"Aku mengenal-Nya dengan tanda-tanda (kekuasaan)-Nya (ayat) dan makhluk-makhluk (ciptaan)-Nya."
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Di antara makhluk-makhluk ciptaan-Nya ialah tujuh langit dan siapa saja yang ada di dalamnya, serta tujuh bumi dan siapa saja yang ada di dalamnya, dan apa saja yang ada di antara keduanya.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
"Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah." [QS. Fushshilat: 37]
Dan firman Allah Ta'ala,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam." [QS. al-A’raf: 54]
Dan ar-Rabb (Tuhan Yang Memelihara) adalah al-Ma’bud (Yang Disembah/Diibadahi).
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ...
"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa." [QS. al-Baqarah: 21]
Sampai firman-Nya,
فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَاداً وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." [QS. al-Baqarah: 22]
Ibnu Katsir — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — berkata,
"Sang Pencipta segala sesuatu ini, Dialah yang berhak untuk diibadahi."
Macam-macam ibadah yang Allah perintahkan adalah seperti Islam, iman, dan ihsan; di antaranya adalah doa/permohonan, khauf (rasa takut), raja’ (harapan), tawakkal (berserah diri), raghbah (penuh harap), rahbah (rasa cemas/takut akan siksa), khusyu’ (ketundukan hati), khasyyah (rasa takut yang didasari pengetahuan akan keagungan Allah), inabah (kembali/bertobat kepada Allah), isti’anah (memohon pertolongan), isti’adzah (memohon perlindungan), istighatsah (memohon pertolongan dalam keadaan sulit/genting), dzabh (penyembelihan), dan nadzr (nazar), serta jenis-jenis ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah.
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." [QS. al-Jinn: 18]
Barang siapa memalingkan sedikit saja dari (jenis-jenis ibadah) tersebut kepada selain Allah, maka ia adalah seorang musyrik lagi kafir.
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
"Dan barang siapa menyembah sesembahan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." [QS. al-Mu’minun: 117]
Dan dalam sebuah hadis,
"Doa adalah intisari ibadah."
Dan dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Rabbmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.'" [QS. Ghafir: 60].
Dalil khauf (rasa takut) adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." [QS. Ali ‘Imran: 175]
Dalil raja’ (harapan) adalah firman Allah Ta'ala,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." [QS. al-Kahf: 110].
Dalil tawakal adalah firman Allah Ta'ala,
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." [QS. al-Ma’idah: 23]
Dan firman Allah Ta'ala,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." [QS. ath-Thalaq: 3].
Dalil raghbah (penuh harap), rahbah (cemas/takut siksa), dan khusyu’ (ketundukan hati) adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." [QS. al-Anbiya’: 90]
Dalil khasy-yah (takut yang didasari pengetahuan) adalah firman Allah Ta'ala,
فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
"Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku." [QS. al-Baqarah: 150].
Dalil iabah (kembali/bertobat) adalah firman Allah Ta'ala,
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
"Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu dan berserah dirilah kepada-Nya." [QS. az-Zumar: 54]
Dalil isti’anah (memohon pertolongan) adalah firman Allah Ta'ala,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." [QS. al-Fatihah: 5]
Dan dalam sebuah hadis,
"Jika engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah."
Dalil isti’adzah (memohon perlindungan) adalah firman Allah Ta'ala,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh.'" [QS. al-Falaq: 1]
Dan firman-Nya,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Rabb manusia.'" [QS. an-Nas: 1]
Dalil istighatsah (memohon pertolongan dalam keadaan sulit) adalah firman Allah Ta'ala,
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu." [QS. al-Anfal: 9]
Dalil dzabh (penyembelihan) adalah firman Allah Ta'ala,
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya'." [QS. al-An’am: 162-163].
Dan dari As-Sunnah adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Allah melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain Allah."
Dalil nadzr (nazar) adalah firman Allah Ta'ala,
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْماً كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيراً
"Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana." [QS. al-Insan: 7]
Landasan pokok kedua, mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya, yaitu berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan, serta berlepas diri (bara’ah) dari kesyirikan dan para pelakunya.
Islam memiliki tiga tingkatan, yaitu Islam, iman, dan ihsan. Setiap tingkatan memiliki rukun-rukun.
Adapun rukun Islam ada lima.
Dalil dari as-Sunnah adalah hadis Ibnu ‘Umar — semoga Allah meridai keduanya —, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Islam dibangun di atas lima perkara; Bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu menempuh perjalanan ke sana."
Dan dalilnya firman Allah Ta'ala,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الأِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." [QS. Ali ‘Imran: 85]
Dalil syahadat (persaksian) adalah firman Allah Ta'ala,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." [QS. Ali ‘Imran: 18]
Maknanya adalah tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah. Batasan penafian dari penetapan adalah kata "Laa ilaaha" (tidak ada sesembahan) menafikan segala sesuatu yang disembah selain Allah dan kata "illallah" (selain Allah) menetapkan ibadah hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam peribadahan kepada-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan (kekuasaan)-Nya.
Tafsir (penjelasan) yang memperjelas makna syahadat ini adalah firman Allah Ta'ala,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.'" [QS. az-Zukhruf: 26-27]
Dan firman Allah Ta'ala,
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئاً
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun." [QS. Ali ‘Imran: 64]
Dalil syahadat (persaksian) bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah firman Allah Ta'ala,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." [QS. at-Taubah: 128].
Makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah menaati apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan peringatkan, dan tidak beribadah kepada Allah selain dengan apa yang beliau syariatkan.
Dalil salat, zakat, dan tafsir (penjelasan) tauhid adalah firman Allah Ta'ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
"Padahal mereka tidak disuruh selain supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." [QS. al-Bayyinah: 5]
Dalil puasa adalah firman Allah Ta'ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." [QS. al-Baqarah: 183]
Dalil haji adalah firman Allah Ta'ala,
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." [QS. Ali ‘Imran: 97]
Tingkatan kedua, yaitu iman.
Iman itu terdiri dari tujuh puluh cabang lebih. Yang tertinggi adalah ucapan "Laa ilaaha illallah" (tidak ada ilah selain Allah) dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Rasa malu adalah salah satu cabang dari iman. Rukunnya ada enam, yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir (ketentuan) yang baik maupun yang buruk, semuanya dari Allah.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi." [QS. al-Baqarah: 177]
Dalil takdir (al-Qadar) adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)." [QS. al-Qamar: 49]
Tingkatan ketiga, yaitu ihsan.
Ihsan memiliki satu rukun, yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." [QS. an-Nahl: 128]
Dan firman Allah Ta'ala,
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
"Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." [QS. Luqman: 22]
Dan firman Allah Ta'ala,
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
"Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud." [QS. asy-Syu’ara’: 218-219]
Dan firman Allah Ta'ala,
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوداً إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ
"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya." [QS. Yunus: 61]
Dalil dari as-Sunnah adalah hadis Jibril ‘alaihissalam yang masyhur, dari ‘Umar — semoga Allah meridainya — ia berkata,
"Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba muncullah seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, kemudian berkata, 'Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam?' Beliau menjawab, 'Engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan yang hak) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu menempuh perjalanan ke sana.' Orang itu berkata, 'Engkau benar.' Kami pun heran padanya. Ia bertanya, lalu ia membenarkannya. Ia berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang Iman?' Beliau menjawab, 'Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.' Orang itu berkata, 'Engkau benar.' Ia berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang Ihsan?' Beliau menjawab, 'Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.' Orang itu berkata, 'Engkau benar.' Ia berkata, 'Beritahukan kepadaku tentang Hari Kiamat?' Beliau menjawab, 'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.' Ia berkata, 'Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya?' Beliau menjawab, 'Apabila seorang budak perempuan melahirkan tuannya, dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, miskin, penggembala kambing, berlomba-lomba meninggikan bangunan.' Kemudian orang itu pergi, lalu kami berdiam beberapa lama. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, 'Wahai ‘Umar, tahukah kalian siapa orang yang bertanya tadi?' Kami menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Itu adalah Jibril, ia datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian.'"
Landasan pokok ketiga, mengenal Nabi kalian, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Beliau adalah Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim berasal dari suku Quraisy, Quraisy berasal dari bangsa Arab, dan bangsa Arab berasal dari keturunan Isma'il bin Ibrahim al-Khalil — atas nabi kita dan beliau semoga senantiasa tercurah sebaik-baik selawat dan salam -.
Usia beliau adalah enam puluh tiga tahun, empat puluh tahun di antaranya sebelum kenabian dan dua puluh tiga tahun sebagai nabi dan rasul. Beliau diangkat menjadi nabi dengan (turunnya surat) Iqra’ dan diutus (menjadi rasul) dengan (turunnya surat) al-Muddatstsir. Negeri (kelahiran) beliau adalah Makkah dan beliau berhijrah ke Madinah.
Allah mengutus beliau untuk memberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah." [QS. al-Muddatstsir: 1-7]
Makna kalimat 'Bangunlah, lalu berilah peringatan!' adalah memberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid. Makna kalimat 'dan Rabbmu agungkanlah!' adalah agungkanlah Dia dengan tauhid. Makna kalimat 'dan pakaianmu bersihkanlah!' adalah bersihkanlah amal-amalmu dari kesyirikan. Makna dari kalimat 'perbuatan dosa tinggalkanlah!, ar-rujz (perbuatan dosa) adalah berhala-berhala dan hajr (meninggalkan)-nya adalah memboikotnya, berlepas diri darinya, dan dari para penyembahnya.
Beliau melakukan dakwah tauhid ini selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, beliau di-Mi’raj-kan (diangkat) ke langit dan diwajibkan atas beliau salat lima waktu.
Beliau salat di Makkah selama tiga tahun, setelah itu beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah. Hijrah adalah perpindahan dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah ini tetap berlaku hingga hari Kiamat.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا إِلاَّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلا يَهْتَدُونَ سَبِيلاً فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?'. Mereka menjawab, 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)'. Para malaikat berkata, 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." [QS. an-Nisa’: 97-99]
Dan firman Allah Ta'ala,
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
"Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja." [QS. al-‘Ankabut: 56]
Imam al-Baghawi — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — berkata,
"Sebab turunnya ayat ini adalah mengenai kaum muslimin yang berada di Makkah dan belum berhijrah, Allah memanggil mereka dengan sebutan iman."
Dalil hijrah dari as-Sunnah adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Hijrah tidak akan terputus hingga tobat terputus dan tobat tidak akan terputus hingga matahari terbit dari barat."
Maka ketika beliau telah menetap di Madinah, diperintahkanlah syariat-syariat Islam lainnya, seperti zakat, puasa, haji, azan, jihad, amar makruf nahi mungkar (memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar), dan syariat-syariat Islam lainnya.
Beliau menjalani ini selama sepuluh tahun. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, sedangkan agamanya tetap ada (kekal). Inilah agamanya, tidak ada suatu kebaikan pun melainkan telah beliau tunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada suatu keburukan pun melainkan telah beliau peringatkan umatnya darinya.
Kebaikan yang beliau tunjukkan adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridai Allah. Sedang keburukan yang beliau peringatkan darinya adalah syirik kepada Allah dan segala sesuatu yang dibenci dan tidak disukai Allah.
Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia. Allah mewajibkan ketaatan kepada beliau atas seluruh dua alam, yaitu jin dan manusia.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
"Katakanlah, 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.'" [QS. al-A’raf: 158]
Dan Allah telah menyempurnakan agama ini melalui beliau.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الأِسْلامَ دِيناً
"Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." [QS. al-Ma’idah: 3]
Dalil atas wafatnya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)." [QS. az-Zumar: 30]
Manusia apabila mati akan dibangkitkan.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain." [QS. Thaha: 55]
Dan firman-Nya,
وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ نَبَاتاً ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجاً
"Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya." [QS. Nuh: 17-18]
Setelah dibangkitkan, mereka akan dihisab (diperhitungkan amalnya) dan diberi balasan atas amal perbuatan mereka. Jika baik, maka (balasannya) baik, sedang jika buruk, maka (balasannya) buruk.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
"Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." [QS. an-Najm: 31]
Barang siapa mendustakan hari kebangkitan, maka ia telah kafir.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Orang-orang yang kafir menyangka bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, 'Memang, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.' Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." [QS. at-Taghabun: 7]
Allah telah mengutus seluruh rasul sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
"(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu." [QS. an-Nisa’: 165]
Rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam dan yang terakhir adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelah beliau.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi." [QS. al-Ahzab: 40]
Dalil bahwa rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam adalah firman Allah Ta'ala,
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ
"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya." [QS. an-Nisa’: 163]
Setiap umat telah Allah utus kepada mereka seorang rasul, dari Nuh hingga Muhammad, yang memerintahkan mereka untuk beribadah hanya kepada Allah dan melarang mereka dari menyembah tagut.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah tagut itu.'" [QS. an-Nahl: 36]
Allah mewajibkan atas seluruh hamba untuk kufur kepada taghut dan beriman kepada Allah.
Ibnul Qayyim — semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya — berkata,
"Makna tagut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batasannya, baik berupa sesembahan, panutan, maupun pemimpin yang ditaati."
Tagut itu banyak dan pemimpinnya ada lima, yaitu iblis — semoga Allah melaknatnya —, orang yang diibadahi (disembah) sedangkan ia rida (dengan peribadahan itu), orang yang mengaku mengetahui sesuatu dari ilmu gaib, orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya, dan orang yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang kufur kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat." [QS. al-Baqarah: 256]
Dan inilah makna "Laa ilaaha illallah".
Dalam sebuah hadis,
"Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncak ketinggiannya adalah jihad di jalan Allah."
Wallahu a’lam.
Semoga selawat Allah dan salam senantiasa tercurah kepada Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penerjemah: Febby Angga
Posting Komentar